Membahas tentang kebebasan berbicara dan batasan-batasan yang harus diterapkan terhadap ujaran kebencian, terutama kata-kata yang menghina, bukanlah hal yang mudah.
Artikel yang ditulis oleh Stefan Rinner, "Slurs and Freedom of Speech," yang diterbitkan di Journal of Applied Philosophy (November 2023), mengajak kita untuk memikirkan ulang tentang apa itu kebebasan berbicara dan bagaimana kita harus menghadapi kata-kata yang bisa menyakiti orang lain.
Menurutnya, ada kata-kata tertentu yang punya kekuatan lebih untuk menyakiti dibandingkan kata-kata biasa, dan ini perlu kita perhatikan lebih dalam.
Dalam pembahasan ini, Rinner tidak hanya berbicara soal hukum, tapi juga soal bagaimana kita sebagai masyarakat harus memandang dan merespons kata-kata yang bisa merugikan orang lain.
Ini adalah masalah yang menyangkut nilai-nilai kita bersama, tentang martabat dan bagaimana kita ingin hidup bersama dalam masyarakat.
***
Dalam diskusi tentang kebebasan berpendapat dan ujaran kebencian, kita sering kali terjebak dalam pemikiran bahwa kita harus memilih antara membiarkan semua jenis pembicaraan bebas atau membatasi kata-kata tertentu yang dianggap menyakitkan.
Stefan Rinner dalam artikelnya menawarkan pandangan yang lebih mendalam. Dia menunjukkan bahwa kata-kata penghinaan memiliki kemampuan unik untuk menyakiti yang tidak dimiliki oleh kata-kata lain.
Ini bukan sekadar tentang merasa tersinggung, tapi tentang dampak nyata yang dapat merugikan orang lain secara serius.
Rinner juga membahas tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, bisa menangani masalah ini tanpa harus mengorbankan kebebasan berbicara yang kita hargai.
Dia berargumen bahwa kita perlu memahami lebih dalam tentang bagaimana kata-kata bisa digunakan sebagai alat untuk menindas dan mendiskriminasi, dan bagaimana kita bisa mengatasi hal ini dengan cara yang adil.