Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Filosofi "Ora Obah Ora Mamah"

Diperbarui: 25 Januari 2024   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penjual mainan tradisional. (KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S)

Malam itu, tampak lima orang sedang menikmati kuliner, makanan tradisional di pinggir jalan. Suami, istri dan tiga anaknya.

Sementara itu di depan mereka, seorang bapak tua, berpakaian lusuh, bersepeda usang mencoba menawarkan mainan tradisional kepada orang-orang yang lalu lalang. Berharap ada yang membeli.

Suami istri itu duduk tepat menghadap bapak penjual mainan tradisional. Mereka berbisik satu sama lain.

"Pa, kita ajak bapak itu makan bersama kita ya, mama agak susah menelan makanan ini karena lihat bapak itu"

"Ya Ma, tapi biarkan dia berjualan aja dulu, mungkin nanti ada yang beli. Mungkin juga dia menolak makan bersama kita. Sebaiknya kita pesankan aja."

"Kita sedekah uang aja Pa, mungkin lebih bermanfaat bagi dia dan keluarga"

"Oke, terserah Mama. Papa kira itu baik"

Selesai makan dan bergegas pulang, si suami menghampiri bapak penjual mainan tradisional.

"Pak, sampun payu pinten?" (Pak, sudah laku berapa?)

"Dereng wonten blas" (Belum ada sama sekali)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline