Strategi "Diversion"
Dalam debat kandidat wakil presiden yang baru saja kita saksikan, ada sebuah momen yang menarik perhatian saya, yaitu penggunaan strategi "Diversion" oleh cawapres B.
Strategi ini, yang tidak lazim dalam debat politik, layak dibahas lebih lanjut karena implikasinya yang luas bagi pemahaman publik terhadap proses demokrasi.
"Diversion", atau pengalihan, adalah taktik debat di mana seorang debater mengalihkan topik dari substansi yang seharusnya dibahas ke topik lain yang mungkin kurang relevan atau bahkan menyesatkan.
Dalam konteks debat cawapres, cawapres B mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak umum diketahui oleh lawan debatnya, cawapres A dan C, serta para pemirsa.
Tujuan utama dari strategi ini tampaknya adalah untuk menghindari diskusi mendalam tentang isu-isu penting yang mungkin tidak ia kuasai sepenuhnya.
Pertanyaan muncul, mengapa strategi seperti ini digunakan? Salah satu alasan mungkin adalah keterbatasan pengetahuan atau pemahaman cawapres B tentang isu-isu yang dibahas.
Dengan mengalihkan perhatian ke topik yang kurang diketahui, cawapres B dapat menghindari penilaian langsung tentang kompetensinya.
Namun, taktik ini juga bisa dilihat sebagai upaya untuk membingungkan lawan dan pemirsa, menciptakan kesan bahwa ia menguasai topik yang sebenarnya jauh dari jangkauan diskusi utama.
Strategi "Diversion", walaupun mungkin efektif dalam jangka pendek, menimbulkan beberapa masalah serius. Pertama, ia mengurangi kualitas debat publik.
Debat harus menjadi forum di mana ide-ide dan kebijakan dibahas secara mendalam, bukan ajang permainan kata atau tipu muslihat retoris. Kedua, strategi ini bisa menyesatkan pemirsa.