Ternyata "gentleman" dan "gentle man" itu beda arti. Dua kata ini sering dihubungkan dengan perlakuan pria terhadap wanita.
Pemahaman tentang "Gentleman" dan "Gentle Man"
Ketika kita mendengar istilah "gentleman" dan "gentle man", kita sering menganggap keduanya memiliki arti yang sama. Namun, sebenarnya ada perbedaan mendasar antara kedua istilah tersebut.
"Gentle man" merujuk pada sifat seorang pria yang lembut, sedangkan "gentleman" berasal dari bahasa Perancis "gentilhomme", yang berarti seorang "noblemen" atau pria dengan nilai karakter dan status sosial yang tinggi.
Di Indonesia, khususnya dalam budaya Jawa, konsep per"gentle"an ini memiliki interpretasi tersendiri. Dalam bahasa Jawa, ada ungkapan "dadi wong iku sing jentel", yang kurang lebih berarti menjadi orang yang memiliki sifat ksatria. Pemahaman ini agak berbeda dengan konteks barat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ksatria berarti tentara atau prajurit yang gagah berani. Namun, menurut Wikipedia, istilah ksatria juga merujuk pada kasta dalam agama Hindu, yang dianggap sebagai bangsawan dan pemimpin masyarakat.
Konsep ksatria dalam konteks Jawa ini mungkin lebih menekankan pada keberanian dalam berbagai aspek, seperti berani meminta maaf, mengakui kesalahan, dan berani mengalah. Sifat ini sangat dihargai dalam budaya Jawa dan dianggap sebagai tanda kedewasaan serta kebijaksanaan.
Membawa makna ini ke dalam konteks modern, sifat "jentel" atau ksatria bisa dilihat sebagai representasi dari pria yang tidak hanya berani secara fisik, tetapi juga secara emosional dan moral.
Menggali Makna Jiwa Besar
Menyelami lebih dalam konsep jentel atau ksatria, kita menemukan pertautan dengan istilah lain dalam budaya Jawa, yaitu "gede ati" atau jiwa besar. Gede ati merupakan sikap mental yang mencerminkan kesiapan untuk menerima segala keadaan dengan lapang dada.