Sepanjang sejarah, penyebaran informasi telah menjadi alat yang kuat dalam membentuk opini publik.
Ketika informasi ini digunakan tidak hanya untuk menginformasikan tetapi juga untuk memanipulasi, kita memasuki wilayah yang sulit dan berbahaya, terutama ketika taktik yang digunakan melibatkan menjual ketakutan (fear mongering atau scaremongering).
Taktik menjual ketakutan, atau 'menyebarkan rasa takut', adalah praktik yang disengaja untuk menyebarkan rumor atau informasi menakutkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Ini bukan hanya tentang penggunaan rasa takut, tetapi bagaimana rasa takut diperbesar, diulang-ulang, dan tertanam dalam kesadaran kolektif sampai menghasilkan efek yang memengaruhi keputusan besar dalam masyarakat.
Sangat penting untuk diingat bahwa rasa takut merupakan emosi dasar manusia yang sangat kuat dan mekanisme pertahanan yang penting.
Namun, ketika rasa takut ini dieksploitasi, dapat menciptakan paranoia dan ketidakstabilan. Kampanye yang menjual ketakutan mengeksploitasi aspek ini dari sifat manusia dengan tujuan memengaruhi opini dan perilaku publik.
Ini sering terlihat di arena politik, di mana pelaku kampanye berusaha membentuk pandangan publik terhadap lawan politik, kebijakan, atau dalam beberapa kasus, untuk mengarahkan pemikiran publik dalam menghadapi krisis atau peristiwa tertentu.
Efek dari kampanye semacam ini tidak tanpa konsekuensi. Potensi konsekuensi dari penyebaran rasa takut dalam jangka panjang dapat merusak struktur dasar organisasi masyarakat, menciptakan perpecahan di dalam masyarakat, dan meruntuhkan kepercayaan pada lembaga yang sudah ada.
Ketika kampanye berhasil menanamkan rasa takut, efeknya sering kali baru mereda setelah menimbulkan kerusakan yang signifikan.
Kekuatan emosional dari rasa takut dapat menumpulkan kemampuan individu untuk berpikir kritis, menyebabkan mereka menerima narasi tanpa mempertanyakan atau mencari bukti lebih lanjut.