Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Nasdem Mengkhianati Demokrat

Diperbarui: 2 September 2023   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Stok: Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar(kompas.com/Kristianto Purnomo; kompas.com/Ardito Ramadhan D)

Pengkhianatan Politik

Fenomena yang terjadi antara partai Nasdem dan Demokrat menunjukkan dinamika yang cukup unik dalam panggung politik Indonesia. Koalisi partai politik, yang seharusnya didasarkan pada kesepakatan dan tujuan bersama, sering menghadapi tantangan ketika ambisi pribadi atau kepentingan partai mulai mendominasi narasi.

Dalam kasus ini, partai Nasdem tampaknya telah melakukan manuver strategis dengan memilih Cak Imin sebagai calon wakil presiden untuk Anies Baswedan. Pilihan ini mungkin didasarkan pada berbagai pertimbangan, seperti memperluas basis pemilih mereka atau mungkin mendapatkan dukungan dari basis massa PKB. Namun, ini menjadi kejutan bagi partai Demokrat yang telah mengusulkan AHY sebagai calon wakil presiden. Tindakan Nasdem ini bisa dilihat sebagai upaya untuk memperkuat posisi mereka dalam koalisi dengan mempertimbangkan perhitungan elektabilitas dan dukungan.

Dari perspektif partai Demokrat, tindakan Nasdem bisa dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap kesepakatan awal. Di sini, kita melihat betapa rentannya koalisi politik terhadap potensi konflik internal. Kesepakatan awal, meskipun belum terwujud, seharusnya menjadi dasar bagi setiap anggota koalisi untuk tetap setia dan konsisten.

Menurut pandangan saya, insiden ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang jelas dan transparan di antara anggota koalisi. Pernyataan ini menekankan kerumitan dan keluwesan dunia politik, di mana setiap tindakan dan strategi dapat menghasilkan konsekuensi yang signifikan dan tak terduga.

Pada hari H, para pemilih yang nantinya akan memutuskan. Mereka memerlukan klarifikasi dan transparansi dari setiap partai politik. Hal ini penting agar mereka dapat membuat keputusan yang terinformasi selama pemilihan. Apapun hasilnya, diharapkan keputusan yang diambil oleh setiap partai politik didasarkan pada kesejahteraan masyarakat, bukan pada ambisi individual atau agenda terbatas.

Pengkhianatan adalah Hal Biasa dalam Dunia Politik

Sebagai seorang pengamat politik, saya melihat bahwa dinamika yang muncul dalam koalisi, seperti antara Nasdem dan partai Demokrat, adalah refleksi dari realitas politik. Ketika membahas koalisi, kita berbicara tentang aliansi antara entitas dengan identitas, misi, dan visi mereka sendiri. Jadi, ketika mereka memutuskan untuk bersatu, kompromi harus dihasilkan.

Namun, kompromi-kompromi ini bukanlah jaminan ketahanan koalisi. Karena setiap partai memiliki akar dan latar belakang yang berbeda, ada saat-saat ketika prioritas dan kepentingan mereka berubah, terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan konstan dalam lanskap politik. Koalisi yang kuat adalah yang dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut tanpa mengorbankan prinsip-prinsip inti mereka.

Dalam kasus ketidaksepakatan atau ketegangan dalam sebuah koalisi, seharusnya tidak langsung diasumsikan bahwa koalisi tersebut telah gagal atau melakukan kesalahan. Ini hanyalah bukti bahwa politik adalah arena yang dinamis, di mana setiap pelaku terus beradaptasi dengan kondisi saat ini. Dari konflik dan perdebatan tersebutlah lahir solusi-solusi baru dan kompromi yang memperkuat dasar koalisi itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline