Lihat ke Halaman Asli

Manusia di Tengah Jalan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan tak pernah tau akan seperti apa nantinya. Manusia merencanakan segalanya dengan sempurna. Tapi kembali lagi kepada hakikat bahwa kesempurnaan hanya milik Dia. Zat yang maha menguasai segalanya. Pikiran saya tiba-tiba terbesit oleh manusia itu. Manusia yang setiap hari saya temui di pagi hari, di siang hari, di malam hari. Manusia itu juga aku temui ketika cuaca panas, dingin, ketika matahari terik bahkan ketika derasnya hujan membasahi bumi.

Aku kemudian berpikir bahwa kehidupan itu bagaikan kacang almond yang ada dalam setiap batangan coklat. Ketika dilihat kita tidak tau bagian mana kacang almod itu berada. Mungkin yang terlihat hanya satu.. dua.. atau tiga yang muncul di permukaan. Selebihnya, tersembunyi dibalik balutan coklat yang tebal. Lalu ketika coklat itu digigit, ada kejutan di dalamnya. Mungkin seperti itulah kehidupan setiap manusia. Kita hanya bisa melihat satu..dua.. atau tiga rasa atau pengalaman yang sekilas tampak dari luar. Didalamnya, mana ada yang tahu. Hanya dia dan Tuhan yang tau.

Rasanya tak karuan melihat manusia itu. Melihat manusia itu memimpin rombongan manusia-manusia bersepatu untuk menyebrang jalan. Aku juga melihat banyak kendaraan berlalu lalang didepannya. Meminta untuk dipandu memutar balik arah atau belok ke kanan dan ke kiri. kemudian diberinya ia satu dua koin sebagai upah. Ada pula yang memberikannya satu dua lembar yang mungkin cukup untuk membeli sebungkus nasi untuk makan siang. Ada pula yang hanya berlalu tanpa memberinya upah bahkan untuk mengucapkan “terima kasih”.

Keadaan tersebut terlihat setiap hari. Aku hanya mengamati dari lampu yang membuat aku dan motorku terhenti di suatu perempatan. Melihat manusia itu di tengah jalan, sendirian. Menggunakan rompi berwarna hijau menyala seperti warna stabilo terang milik polisi lalu lintas. Memainkan tangannya bak konduktor yang sedang memimpin sebuah konser. Tangan kanannya menggenggam sesuatu. Sekilas bak stickylight mirip fans fanatik kpop di seluruh dunia. Aku tak tau précis apa namanya, namun sedikit lebih besar dan cukup sakit sepertinya bila digunanakan untuk memukul orang. Tangan kirinya digunakan untuk menyanggah tongkat sebagai pengganti kaki kiri-nya.

Desas desus yang aku dengar ia pernah mengalami tragedi dua tahun lalu. Ketika lampu merah mati, listrik padam, cuaca gelap dengan disertai hujan dan petir. Bersama istri dan anaknya sedang melaju melewati jalan ini. Tidak ada pak polisi yang mengatur lalu lintas pada saat itu. Kemudian, dari belakang ada sebuah truk melaju dengan cepat. Manusia itu panik, keinginannya untuk memutar balik arah motornya terhenti ketika truk itu berada tepat dibelakang motornya dan terus melaju tanpa upaya untuk berhenti. Beruntung manusia itu selamat dari bahaya maut itu walaupun hanya ia yang berhasil selamat.

Esoknya, aku membaca media Koran harian daerah dengan headline “Tidak Boleh Terjadi Dua Kali” disertai dengan foto manusia itu. manusia satu kaki yang selalu ada di tengah jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline