Lihat ke Halaman Asli

Empat Pria di Malam Hari

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam hari sudah datang mengganti waktu sore cepat sekali rasanya. Saat itu di kediaman kontrakan kami yang terpencil di Plosokuning aku, fathur dan makruf masih berkutat dengan masing-masing. Entah siapa yang bilang kami itu sibuk, seharusnya sibuk di malam ini dihabiskan dengan hangout di cafe. Sayangnya itu kata teman kami lainya, katanya sih kalau gak keluar bisa ketinggalan jaman.

Usai sholat maghrib jamaah di mushola Al-huda aku buka mushaf Al-qur’an melanjutkan bacaanku kemarin. Dalam bacaanku aku lihat arti bacaan yang kubaca menarik ketika ujaran Allah mengenai ahli kitab dan keadaan orang yang kafir setelah beriman. Ahli kitab sebenarnya mengetahui kebenaran Islam namun dia mengingkarinya dan orang yang kafir setelah beriman sungguh orang yang zalim. Keterangannya kedua kriteria itu akan dapat laknat Allah. Setelah itu aku menunggu sholat isya berjamaah lagi di mushola Al-Huda. Kebetulan aku saja yang biasa ke mushola itu sedangkan yang lain tetap sholat ya di kontrakan dengan kekhusyuannya sendiri.

Malam minggu ini tidak ada yang memberi pesan pendek padaku wah bisa brabe kalau berhadapan di medan perang dingin dengan fathur nih, soalnya dia yang paling suka pamer gadget androidnya. Katanya banyak yang bbm dia ngajakin malam mingguan. Nggak mau kalah aku juga bilang kalau si amel ngajakin aku jalan tapi sayang gak punya duit diriku. Yah memang seperti itu, sejak dua tahun yang lalu aku sudah mulai menumbuhkan perang dingin dengan fathur seputar wanita. Mungkin itu terjadi karena kami sesama jomblo.

Menurutku jomblo itu ada dua macam yaitu jomlo nasib dan prinsip. Aku menyadari bahwa aku adalah tipe prinsip dan fathur tipe nasib. Namun aku hanya diketawai karena dianggap membuat alasan yang biasa orang ga laku katakan. Mereka belum tahu saja bahwa biar gini-gini banyak yang mau, sayang karena mungkin Allah yang sayang padaku sehingga aku disuruh menunggu jodoh yang terbaik.

Aku makruf dan fathur masih berada dalam kontrakan, sepertinya tidak ada yang akan hangout malam minggu ini. Ohya kalau makruf aku ga tau dia jomblo atau tidak, tapi dari gelagatnya sih aku mengerti kalau dia itu tipe sepertiku. Hanya fathur saja yang nasib.

Fathur meminta kepadaku untuk meminjaminya sejumlah uang untuk malam mingguan, aku kaget dan bilang kamu ini mau minjam uang hanya untuk malam mingguan!! Aku marahi dia sambil bercanda. Aku lihat dia sekilas bbm-an dengan cewek di kontaknya, wah aku kenal dia dan tiba-tiba aku semangat meminjaminya uang untuk malam mingguan.

Aku katakan tur aku kira kau mau jalan dengan laki-laki, tapi kalau memang mau jalan dengan perempuan nih kupinjami 30 ribu. Kamu kan ga pernah jalan sama cewek. Dia tersinggung dan bilang ngece banget sih abang ini, aku pernah jalan ya sama si Sekar. Kemudian aku menimpali paling acara formal, maksudku yang tidak formal, atau pyur bersantai. Fathur Cuma bisa meratapi sambil ketawa dan aku hanya tertawa sinis sambil bercanda.

Melihat tingkah aku dan fathur makruf sepertinya tertarik dan tersenyum melihat kami berdua. Yah wajar kami berdua sudah kenal 3 tahun dalam organisasi sedangkan dia bukannya tidak begitu dekat namun statusnya makruf sebagai pimpinan membuatku segan untuk menyandainya biasa nanti kalau kucandai hilanglah kewibawaannya di depan fathur yang sekarang berstatus sebagai ajudannya.

Namun ternyata fathur hanya kepedean karena dia belum pasti diajak jalan sama cewek. Aku minta dia mengembalikan uangku 10 ribu dan aku hanya meminjaminya 20 ribu. Bukannya pelit tapi memang kantong kering juga sedang menimpaku. Malam minggu kami bertiga hanya di kontrakan pada akhirnya.

Namun diakhir malam bertambah satu lagi ya Sabil datang katanya untuk menjemput fathur malam mingguan dan pada akhirnya hanya menambah isi kontrakan saja dengan melam mingguan bersama di satu rumah. Tidak apa karena menurutku kita menjadi hemat. Nggak tau kalau malam minggu di luar rumah besok akan makan apa.

Allah memang Maha adil sebab memberikan situasi yang sesuai dengan keadaan kami. Aku tidur duluan dan bangun lagi jam setengah dua malam untuk menonton final liga champion Madrid dan atletico. Itu saja cerita malam minggu yang sempat kuceritakan walau masih dalam lagi yang sebenarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline