Lihat ke Halaman Asli

syafruddin muhtamar

Esai dan Puisi

Ziarah dan Cemas I, 2 Puisi

Diperbarui: 6 Juli 2023   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://nationalgeographic.grid.id/

ZIARAH

Kek, aku cucumu zaman ini hidup di belantara kecemasan, dikepung keindahan pesona abad sejuta impian. Tanganku gemetaran genggam petuahmu sebab kaki berjalan di persimpangan, antara bunga dan durinya. Mataku sorotkan rasa ragu, menggendong makna cerita pengantar tidur, sebab setiap tangan telah menulis dongengan zaman besi-besi dan menembangkannya di pembaringan ketika generasiku hendak beranjak menjemput mimpinya.

Kek, aku cucumu zaman ini gelisah hendak temui nisanmu, sejarah begitu kejam menimbunmu tanpa tanda. Aku ingin berziarah ke masa lalu yang telah kau bangun dengan kedamaian Hati Semesta.

Kek, kini aku berumah dalam peradaban manusia instant yang telapak tangannya nafsu diri tak terkendali.

CEMAS I

Kelumpuhan mematuk hidup. Mati isyarat takdir ciuman tuhan. Sandiwara panjang dan berat lalu lalang di atas panggung. Menuju ke tempatNya adalah kepastian. Rumah penuh busa hitam, jarum panjang terus berdetak gelisah menembusi hari entah menuju kemana.

Kelumpuhan mematuk hidup. Kemana berlindung, hujan batu jatuh dari langit-langit sejarah. Darah, tangis, luka, jerit tak kuasa terbendung sebab tangis-tangis bayi disembunyikan dalam lipatan-lipatan kain sutra dalam lemari kayu. Kain-kain putih dihanguskan, api berkobar. Musnah sejarah kelahiran Suci, nurani bertengger di pucuk-pucuk gulita.

Kelumpuhan mematuk hidup. Tangan-tangan dewa terbujur kaku, dirantai tangan-tangan manusia sehingga sulit menemui bocah perempuan memetik bunga di taman, pot-pot pecah dihempas badai peradaban. Satu, satu, dan hanya satu, kembali ke permandian nenek moyang; air bening pada sumur kejernihan dipersemayaman Suci masa lalu.

Sumber Puisi: Syafruddin (shaff) Muhtamar, Sujud, Kumpulan Puisi, Penerbit Pustaka Refleksi, 2007.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline