KEBENCIAN ATAS NAMA TUHAN
Tuhan tidak lagi mengulurkan murkan pada kebencian yang dimuntahkan atas namanya. Tuhan hanya menunggu senyum bunga-bunga kecil yang tumbuh di ladang-ladang derita. Karena tuhan tidak lagi mengulurkan murka pada senyum kebencian bunga-bunga kecil yang tumbuh atas namanya di ladang-ladang deritaNya.
Antara murka, kebencian, tuhan dan atas namaNya, manusia memenuhi tangannya dengan lumur dosa setelah menanam bunga-bunga kehancuran disetiap padang-padang sejarah yang membuahkan derita bagi saudara sendiri.
Dan tuhan tidak mungkin tidak tahu kebencian yang ditanam pada tanah zaman atas namaNya.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Puisi ini telah mengalami pengeditan ulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H