SAJAK PERLAWANAN
Setiap kejatuhan yang ditimpakan lewat jendela-jendela rumahmu, sambutlah ia dengan mematahkan sayab iblis yang mengepak dalam hati. Patahkan pula pedang tajam mengkilap saat kau asah di bawah terik matahari, sebab permusuhan tanpa perjanjian adalah teriakan siang yang ingin jadi malam saat matahari masih berdiri di tengah langit.
Setiap derita yang dipaksakan lewat pintu-pintu rumahmu, jemputlah ia dengan tangan-tangan bidadari mengembang dari padang-padang hatimu yang tersenyum. Lipatlah tangan-tangan setan yang gemetar menegang dari permukaan dendam mendidih. Dalam peperangan dengan perjanjian: hujamkan mata pedangmu seperti badai yang mengamuk di sahara padang pasir bersama angin menderu mendesiskan tajam mata hati, yang diasah dalam bara api penderitaan. Biarkan ceceran darah musuhmu tumpah dijilati anjing kusta yang lapar.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H