Lihat ke Halaman Asli

syafruddin muhtamar

Esai dan Puisi

Dua Puisi: Bencana dan Doa dan Menanti Pelukan Hati Ummat

Diperbarui: 27 April 2022   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.pngtree.com

BENCANA DAN DOA

Bisakah malapetaka menimpa rumah umat islam dihilangkan dengan doa bunga-bunga kecil yang tumbuh liar di taman rumah tak terawat ini? Atau dengan gegap gempita suara-suara menggema membentur-benturkan dirinya pada tiap gundukan awan tergantung di udara, mengamuk dengan kemarahan halilintar yang menyambar di siang bolong?

Bencana apakah yang telah menerpa rumah umat ini, hingga doa-doa yang dipanjatkan dengan selaksa bunga yang dipetik  pada keheningan malam, tak mampu mengusirnya! Apalagi hanya dengan deru suara membahana yang diteriakkan dengan segumpal amarah yang dicerabut paksa saat terik matahari tajam menyayat siang!

Bencana atau malapetaka pada rumah yang tak terawat; doa-doa menjadi kelu lidahnya membisikkan pesan sakral pada bunga-bunga melingkar dibening malam yang padat atmosfirnya dengan nafas suci, sebab tanah tempatnya tumbuh sendiri liar belukarnya dan taman itu juga kehilangan pesona kesejatian masa lalunya.

MENANTI PELUKAN HATI UMMAT

Mengerang hasrat rindu untuk menyaksikan kelopak-kelopak tangan kaum beriman yang berumah di kolong cahaya Muhammad, tersulam menjadi sutra bintang-bintang melingkar kokoh dalam jalinan hati yang berpelukan. Piramida cahaya keabadian harus disusun ulang batu-batunya di tengah pusaran angin zaman yang tak menentu.

Mengerang jiwa yang tersayat cita untuk melihat tenunan sorban kafilah gurun pasir tersimpul pada pilar agung yang menyanggah matahari pada waktu siang dan menopang rembulan pada malam hari. Gunung kesucian harus ditanami kembali pohon-pohon dan rerumputan karena sejarah telah demikian gersangnya.

Rindu dan cita yang tersimpul di pohon cahaya Muhammad akan membuat rumah peradabanmu ditumbuhi kicau burung yang disemai di taman-taman musim yang menari. Allahummasalli ala Muhammad wa ala ali Muhammadin wa sallim.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline