Lihat ke Halaman Asli

syafruddin muhtamar

Esai dan Puisi

Negeri Timur yang Terjajah

Diperbarui: 18 April 2022   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

katadata.co.id

NEGERI TIMUR YANG TERJAJAH

Negeri-negeri tempat matahari dilahirkan, sejak kicau burung dara diusir dari pepohonan oleh serangan mesin-mesin pabrik. Bergerombol seperti kafilah berbaris di tengah padang pasir, berjalan melintasi tapal batas tradisi yang dirawat dengan keringat rembulan di atas tikar langit tempat dewa dewi mandi cahaya. Bergerak ke lembah-lembah tempat matahari dikuburkan oleh petang. Lembah yang setiap lembar udaranya adalah kegelapan.

Negeri-negeri tempat matahari mengerling jika pagi, sejak huruf-huruf dilembar-lembar kitab keabadian dipreteli alat-alat teknologi. Berkerumun di atas meja batu seperti tikus liar kelaparan, menandatangani prasasti kekalahan untuk dikirimkan ke kantor penjajah berdinding kaca hitam tebal -- sebagai bukti penyerahan diri -- . Kantor tempat sinar matahari menutup mata jika malam. Matahari yang cahayanya tersembunyi dibalik kelopak mata buta.

Lihatlah, sejak burung dara kehilangan kicauan dan kitab suci tinggal kertas kusam tanpa kata-kata, negeri itu menjadi beku dibalik selimut dingin salju kehancuran, dalam bilik-bilik kegamangan yang suram. Sebab, menukar matahari dengan cahaya lilin.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline