Lihat ke Halaman Asli

syafruddin muhtamar

Esai dan Puisi

Tasbih

Diperbarui: 15 April 2022   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.depositphotos.com

TASBIH

Gemerincingnya memecah hening malam bisu diterkam gelap. Membangunkan serentang rindu yang menggelantung, menggamit hasrat berjumpa kekasih. Jemari-jemari menari melagukan pujian pada keindahan tak terjamah, mata redup ditingkahi sendu wajah jelita yang hadir seketika, dalam cawan hati meluap busa doa-doa. waktu meleleh tak tertampung di bibir kesadaran yang mulai mabuk.

Gemerincing tasbih kini terpencil di dalam lipatan-lipatan zaman, diganti kerlap kerlip kunang-kunang listrik berjejer bergumam, cahayanya menghibur totem pada malam saat keramat abad  dihadirkan di setiap etalase hati manusia.

Tasbih zaman berlari sepanjang lorong-lorong angker sunyi belantara sepi, diantara huruf-huruf gagab sejarah, ketika menyebut Nama Agung yang memberi tanda kehadiranNya disetiap kedipan mata.

Tasbih bersembunyi dibalik detak-detak jantung kehidupan, gemerincingnya menyahut setiap rindu yang dikirim dalam kado dosa berwarna jingga.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline