Lihat ke Halaman Asli

PSSI versus Laser

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1293413828188700364

[caption id="attachment_81907" align="alignleft" width="280" caption="sumber palopo today"][/caption]

"Garuda di Terkam Macan". Begitulah rencana awal judul postingan ini, sekadar untuk menggambarkan kekecewaan atas pertandingan sepak-bola antara PSSI melawan Tiimnas Malaysia. Kata  "Terkam" dipilih untuk menggambarkan betapa tidak fairnya pertandingan tersebut. Sementara kata "macan" adalah analogi dari sebuah kebuasan. Mata pemirsa tentu menyaksikan betapa Markus Harrus Maulana, sang gawang PSSI berulang melakukan protes pada wasit lantaran matanya disorot oleh entah siapa dengan laser berwarna hijau. Dan itu terjadi sejak menit-menit awal pertandingan. Akhrinya sejenak pertandingan dihentikan pada babak kedua itu. Tapi saya sudah menduga sebelumnya,bahwa saat itu adalah momen yang tepat bagi Timnas Malaysia menerkam PSSI. Ksrena saat itu, emosi pesepak-bola Tim Garuda telah membuncah. Semua itu nampak jelas, meski hanya ditatap dari layar kaca. Akibatnya tiga gol disarangkan ke gawang Markus Harris Maulana. Permainan sepak-bola tidak sekadar membutuhkan tehnik dan kekuatan tapi juga mental bertarung yang sudah barang tentu kesabaran terakumulasi di dalamnya. Saya melihat disepanjang pertandingan semalam, dari babak awal hingga pertandingan dihentikan itu., Tim Garuda memilkinya. Betapa serangan Malaysia kandas di benteng pertahanan kita. jika saya tak salah ingat, mereka hanya bisa mnguasai lapangan tengah hanya hingga menit ke-30 saja. Selebihnya kuku Tim Garuda siap mencakar gawang Malaysia. Gonzales misalnya, menit awal babak kedua dapat menyarangkan bola tapi sayangnya, hakim garis mengangkat bendera tanda off-side. Meskipun demikian, itu sebuah indikasi bahwa kualitas pemain kita melebihi pemain Malaysia. Tapi sayang, kandas lantaran konsentrasi yang dibuyarkan oleh laser. Saya tidak tahu ada apa dengan penonton di sana. Apakah mereka berfikir piala AFF ini kejuaraan Tarkam (antar kampung). Yang tidak mewakili 'gengsi' kawasan Asia Tenggara dalam kancah sepak bola dunia? Sehingga kata "menang" dalam pertandingan tak perlu menyunggih tinggi "Bendera Fairplay". Wujudnya seperti semalam, mengalahkan Timnas Indonesia dengan "Teror Laser". Taktik yang amat memalukan bagi kawasan Asia Tenggara,. Katanya kita orang Melayu amat menjunjung kehormtan, cuih.... Marah? Iya saya marah. Bukan karena hasil pertandingan, tapi lantaran penonton di sana tidak lagi mengedepankan kearifan-kearifan orang Melayu. Dan tak kalah memalukan, mereka meledakkan petasan keaarah lapangan saat pertandingan diskors. Pongah! Sikap Unfair dan kepongahan itu mesti digugat oleh PSSI pada FIFA sebagai organisasi sepak-bola dunia yang memiliki legalitas untuk menghukum. Dengan satu permintaan, "lanjutan pertandingan setekah skorsing dicabut harus dinyatakan tidak sah. Untuk kemudian diulang-tandingkan di stadion yang tidak ditonton oleh para pendukung kedua tim, seperti lasim dihukumkan oleh PSSI kepada peserta Liga Super Indonesia.". Bukankah aturan itu mengacu pada standar FIFA. Sehingga pertandingan semalam harus dihukumkan hal yang serupa. Memang luapan protes ini agak ekstrim, tapi harus dilakukan demi menjaga citra Kawasan Asia Tenggara dalam kancah sepak-bola dunia. Kalaulah tidak diterima, setidaknya FIFA menjatuhkan hukuman keras bagi Federasi Sepak Bola Malaysia atau Timnas mundur dari turnamen AFF ini. Masih banyak turnamen sepak-bola yang dapat diikuti oleh Pasukan Garuda, di Kawasan Asia Tenggara atau di tempat lain. Kini terpulang kepada PSSI mampukah membela harkat dan martabat Timnas, jangan hanya berani menghukum peserta Liga Super Indonesia, seperti PSM Makassar. Maaf, Pak Nurdin Halid ente harus mundur dari kepengurusan PSSi jika tidak mampu menggugat Timnas Malaysia. Bukan hanya pak Nurdin Halid tapi juga pengurus lain. Akhir kata "EWAKO TIMNAS!!! PA ENTENGI SIRI' NU HAMKA HAMZAH NA ZULKIFLI SYUKUR" Memang postingan ini bernada marah, tapi lahir dari keinginan untuk mengapresiasi pesepak-bola kita. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline