Lihat ke Halaman Asli

"Bad Mood" saat Hendak Menulis? Ini Tipsnya!

Diperbarui: 26 Juli 2015   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Illustrasi bad mood.

Ini tips bukan sembarang tips. Tips ini datang dalam suasana yang mistis dan misteri. Tadi malam saya dapat ide menulis lewat mimpi. Seorang kakek berjanggut putiih datang dalam mimpi saya itu. Dia berpesan, “Cucu ku, jangan berhenti menulis. Kalo kamu lagi bad mood, ikuti petunjuk yang kakek bilang tadi...”. Saya tersentak, dan terbangun. Saya kucek-kecek mata, sambil mengingat isi mimpi saya malam tadi. Dalam hati saya menggumam, “Baiklah, kek. Pesan kakek akan saya ingat selalu.”

Saya diserang penasaran akut. Saya segera cek dkata “Mood”. Seingat saya, kata ‘Mood’ bukan bahasa Indonesia tapi diimpor lewat peti kemas dari kerajaan Queen Elizabeth. Nanti, niat saya mampir ke lapak pak Gustaaf Kusno, dan dengan tekad bulat saya mau tanya apa itu ‘Mood’ dan ‘Bad Mood’. 

Tak mau menyerah, akhirnya saya dapatkan artinya. Mood, artinya suasana hati. Bad Mood, artinya suasana hati yang buruk. Kalo saya lagi terserang bad mood, semua jadi serba salah. Duduk salah, berdiri salah, berisik salah, diam juga salah. Begini salah, begitu salah. Yah, gak bisa ngapa-ngapain. Saya teringat pesan kakek. Inilah yang saya lakukan untuk menghadapi bad mood ketika berkecamuk di hati.

1/ Hiburan Ringan dan Intensitas Gerakan.

Biasanya saat bad mood, saya tidak ingin melakukan apa-apa. Gak ingin begini atau begitu. Apalagi melakukan sesuatu yang berat-berat. Intinya, gak pengen ngapa-ngapain. Dalam suasana krisis seperti ini, saya biasanya lebih memilih nonton tivi di rumah. Mata saya secara visual terpancing untuk memandang objek-objek yang bergerak.

Misal, saya tertarik melihat huruf-huruf yang mondar-mandir (running text) di layar televisi. Menonton film-film laga atau film terbaru.

Atau, saya melakukan beberapa variasi gerakan senam wajah. Mengerutkan dahi, mata, dan rahang. Yang mau selfi-selfi, boleh juga. Atau ini, perlahan-lahan saya mengangkat bahu, setinggi telinga. Menahan sebentar, hingga hitungan ke empat. Turunkan bahu pelan, pelan sambil menghembuskan nafas. Huft.

Gerakan dilanjutkan dengan peregangan otot seperti ekspresi orang bangun tidur mengangkat kedua tangan ke langit-langit. Lantas, pletat-pletot otot leher. Atau, duduk di depan beranda rumah. Mengamati aktivitas orang yang hilir mudik, menyimak kucing yang lagi pipis di dinding pagar dan takjub melihat tikus kecil yang berlarian di rumput-rumput.

2/ Mampir, Voted dan berkomentar hahahihihi di lapak Kompasianer lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline