Lihat ke Halaman Asli

Antar Jemput Anak Sekolah Ternyata Rutinitas yang Mengasyikkan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup di kota ternyata sangat berbeda jauh ketika di desa.Salah satu perbedaannya adalah pulang dan pergi sekolah bagi anak-anak. Didesa sekolah biasanya ada di ujung desa yang jaraknya paling jauh satu atau dua kilometer. Anak-anak dengan senang hati akan menempuh jarak itu dengan berjalan kaki, kondisi alam pedesaan yang sejuk dengan pohon-pohon rindang di sisi-sisi jalan membuat perjalanan kesekolah menjadi terasa lebih dekat . Selain itu sepinya jalan dari lalu lintas kendaraan bermotor menjadikan perjalanan kesekolah menjadi terasa aman dan tentunya nyaman. Setiap pagi menjelang pukul 07.00 WIB segerombolan anak-anak terlihat ceria melintasi jalan di depan rumah untuk pergi kesekolah di ujung desa. Anak-anak ku yang kelas 1 SD, kelas 4 SD, dan kelas 1 SMP akan segera ikut bergabungdengan rombongan itu. Sebagai orang tua tidak ada rasa khawatir kalau-kalau dijalanmereka akan tersenggol mobil atau motor, dan yang tentunya sangat ‘nyaman’ bagi orang tua tak perlu memikirkan uang ribuan untuk ongkos angkot. Orang tua cukup memanjangkan leher melihat punggung anak-anak yang mulai menjahui rumah dan menghilang di tikungan. Demikian pula ketika mereka pulang sekolah, tak perlu repot-repot menjemput kesekolah, cukup menunggu di pagar depan rumah menyambut kedatangan mereka dengan senyum dan belaian kasih sayang.

Ketika berada di kota, semuanya berbeda. Kebetulan rumah tinggal kami berada di KM 9 jalan utama kota, kemudian masuk kedalam sekitar 2 KM. Sementara sekolah anak-anak terpisah,SMP anakku terletak di KM 5 juga masuk kedalam sekitar 1 KM. Jadi total jarak dari rumah ke SMP sejauh 7 KM. Untuk sampai kesekolah tidak mungkin dengan berjalan kaki. Dari rumah ke jalan utama harus ditempuh dengan kedaraan ojek, kemudian di jalan utama harus naik angkot atau bus kota, setelah itu kembali naik ojek sejauh 1 KM. Demikian dengan anak anak yang di SD, sekolah mereka berada di KM 4 jalan utama, juga harus di tempuh dengan ojek dan angkot atau bus kota.Jelas untuk itu harus ada dana khusus untuk ongkos. Selain itu anak-anak harus di antar, terlalu berisiko melepas mereka pergi sendiri menumpang ojek dan bus kota atau angkot.

Jadilah ada rutinitas baru yang harus ku lakoni, yaitu antar jemput anak sekolah. Profesiku sebagai seorang dosen yang tidak mempunyai “kursi” di kantor, cukup mendukung rutinitas antar jemput ini. Beban 12 SKS yang harus kupenuhi ternyata menyisakan banyak waktu luang, selain itu aku dapat bernegosiasi dengan mahasiswa tentang jadwal kuliah, bila jadwal itu berbenturan dengan waktu antar jemput.

Rutinitas itu dimulai pukul 06.30 WIB.Aku menggunakan sepeda motor untuk mengantar anak-anakpergi sekolah.Naik motor dengan 3 orang anak di belakang memang terasa cukup padat dan orang yang melihat akan mengurut dada. Tetapi ternyata ada kesenangan tersendiri, anak-anak yang bersempit-sempit di belakang sepertinya sangat menikmati perjalanan kami setiap paginya. Biasanya mereka akan bernyanyi atau bercerita satu sama lain dan diselingi dengan tertawa. Azkiah anakku yang paling kecil bisa berkata, “Ayah lebih enak naik sepeda motor, AC nya sejuk, kalo naik mobil AC nya panas”.Kakak yang SMP lain lagi, “aku lebih senang naik motor, cepat sampai, tidak terhalang macet, jadi idak terlambat sekolah”.

Terasa capek memang, menembus macetnya jalanan kota, apalagi dengan penumpang yang melebihi dosis.Tak kurang dari 30 menit hsrus menahan sempitnya diatas motor, baru kemudian sampai disekolah kakak, untuk kemudian melanjutkan ke sekolah adik-adiknya.Tetapi baguku rasa capek itu akan segera hilang manakala melihat anak-anak dengan riangnya berlari masuk ke gerbang sekolahnya. Aku akan memandanginya sejenak, sambil melapalkan sebait do’a kiranya mereka nanti akan berhasil. .

Tugas mengantar sudah selesai,kalau ada jadwal mengajar iasanya aku akan segera menuju kampus untuk menemui mahasiswaku. Tetpai bila kebetulan tidak ada jadwal mengajar aku akan kembali kerumah, mengerjakan apasaja yang bisa.Sampai nanti pukul sebelas aku harus menjemput anak yang kelas satu.Bila memang sedang luang waktu, jam 10.30 aku sudah berada di halaman sekolah. Ada banyak orang tua yang sama denganku, mereka menjemput anak-anak. Memang kebanyakan adalah kaum ibu, tetapi ada juga yang bapak-bapak. Ada sisi menarik lain disaat menjemput ini,aku mempunyai banyak kenalan. Ada Bapaknya si Ali yang bekerja sebagai marketing, ada ayahnya Susi yang berkerja sebagai guru, dan ada juga bahka yang berprofesi dosen seperti aku.Berbagi cerita, keluh kesah, harapan dan lain-lain menjadi bagian dari saat-saat duduk bersama ketika menunggu.Sungguh banyak yang bisa aku dapati dan pelajari yang kesemuanya berakumulasi menjadi satu kata “mengasyikkan”.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline