Lihat ke Halaman Asli

Media Massa Menyongsong Pemilu 2014

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik yang rusak menjadi akar dari munculnya permasalahan-permasalahan baru. Hal ini juga terjadi pada masa perpecahan umat Islam menjadi beberapa aliran. Yang melandasinya bukan permasalahan teologi, melainkan politik. Terbukti bahwa politik memang memiliki peranan yang signifikan dan oleh karena itu, pemimpin yang bertanggung jawab sangat dibutuhkan. Indonesia merupakan negara yang demokratis maka setiap warga yang telah memenuhi syarat menjadi pemilih ia berhak untuk memilih pemimpin yang terbaik. Ini yang kita kenal dengan sebutan Pemilihan Umum (Pemilu).

Kini adalah kali ketiga menjelang Pemilu Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 mendatang. Persiapan kampanye mulai dilaksanakan oleh para tim sukses untuk membuat masyarakat percaya pada calonnya. Tak urung di media massa juga sudah berseliweran pemberitaan tentang pemilu 2014.  Syahruddin el-Fikry selaku wakil redaktur pelaksana Harian Republika mengusung bagaimana kebijakan redaksional terhadap pemilu 2014, porsi pemilu sudah dimulai, semua proses pemilu harus dikawal bersama-sama, media massa harus bisa menjadi pengamat yang adil dan mempunyai kewajiban menyampaikan visi misi dari setiap calon, agar masyarakat tahu dan mengenali siapa yang akan mereka pilih.

Selanjutnya, saat menyaksikan hal itu dalam media massa terkadang ada ketidakadilan dalam penyampaiannya. Beberapa media terkesan menonjolkan calon tertentu. Ternyata hal ini dipengaruhi oleh terkait atau tidaknya pemimpin media  tersebut dengan partai politik. Jika memang seperti itu tidak ada letak keadilan antara pemberitaan capres dan cawapres satu dengan yang lainnya. Ditambah lagi sebuah media massa memiliki beberapa kepentingan, terutama sebagai sebuah industri untuk menjamin kesejahteraan pekerjanya. Adapun penyampaian dari Pung Purwanto, wakil pemimpin redaksi Seputar Indonesia yang menjelaskan bagaimana suatu media agar tetap independen, media harus menjaga keseimbangan antara industri dengan politik agar tidak ditinggalkan oleh para pembacanya, karena keberpihakannya pada salah satu pihak akan membuat para pembacanya merasa bosan dan meninggalkan media tersebut yang akan mengakibatkan kerugian.

Jadi alangkah lebih baiknya media massa harus bersikap independen. Media massa yang pandai merangkai penyampaian akan membuat masyarakat terbuai dan membenarkannya. Apabila berita yang disampaikan karena mengunggulkan satu pihak padahal pada kenyataannya yang didukung tidak sebaik dalam pemberitaan tersebut maka akan menimbulkan kerugian untuk semua kalangan. Media massa bertanggung jawab atas apa yang disampaikannya pada masyarakat. Sebaiknya, seorang pemimpin media massa bukanlah seseorang yang berkecimpung di dunia politik. Sehingga dapat menjamin kemurnian berita yang disampaikan terutama yang berkaitan dengan politik agar tidak memihak pada salah satu partai politik. Dan khususnya agar pada pemilu 2014 para calon dapat bersaing secara sehat dan berjalan lancar terkendali.

created by Syafira Ulfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline