Lihat ke Halaman Asli

Desa Wisata Adat Kemiren, Banyuwangi

Diperbarui: 11 Januari 2023   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini pariwisata merupakan primadona di seluruh penjuru dunia khususnya Indonesia, kegiatan ini dapat mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara sebagai penerima kunjungan wisatawan termasuk Indonesia. Peran pariwisata dalam pembangunan ekonomi memang cukup besar, namun bukan hanya di aspek ekonomi tapi juga aspek sosial, budaya dan politik. Pariwisata merupakan sistem yang multikompleks yang aspeknya saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Kearifan lokal merupakan wujud dari perilaku komunitas atau masyarakat tertentu sehingga dapat hidup berdampingan dengan alam atau lingkungan tanpa harus merusaknya sedangkan keluhuran budaya dapat diturunkan melalui nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Keluhuran kebudayaan dan kearifan lokal dapat digambarkan secara identik pada suku osing di Kabupaten Banyuwangi yang masyarakatnya khususnya suku osing sendiri masih memegang teguh keluhuran budaya yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.

Memiliki segudang kebudayaan menjadikan osing produk utama dalam pengembangan sektor pariwisata di Banyuwangi karena sangat menjanjikan dan menguntungkan bagi wilayah Banyuwangi. Desa Kemiren menjadi salah satu wilayah peradaban masyarakat suku osing, banyaknya kebudayaan dan tradisi yang ada di Desa Kemiren menjadikan desa ini sebagai desa Wisata Adat suku osing.

Dengan mengembangkan tradisi yang dimiliki Desa Kemiren, desa ini telah memiliki berbagai festival yang bertemakan adat dan tradisi setempat seperti Kopi Sepuluh Ewu, Tumpeng Sewu, Barong Ider Bumi dan Pasar Jajanan Tradisional Desa Kemiren yang memiliki tujuan untuk mengenalkan tradisi-tradisi yang ada kepada masyarakat luas dan pastinya dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Selain dampak positif dari pariwisata, ada juga dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan pariwisata. Seperti di Desa Kemiren adanya kegiatan pariwisata juga membawa dampak positif seperti peningkatan perekonomian warga setempat dan juga dampak negatif seperti adanya perubahan sosial dari segi budaya dan masyarakatnya. Perubahan yang terjadi dari kegiatan pariwisata yaitu, Masyarakat Osing  yang mulai tidak mempergunakan bahasa adat mereka yaitu bahasa Osing melainkan menggunakan bahasa asing.

Hal ini disebabkan dari masyarakat yang menggunakan bahasa lain selain bahasa osing untuk berkomunikasi dengan wisatawan. Selain itu terdapat pemangkasan waktu beberapa kesenian dan makanan seperti Tari Gandrung, Barong Ider Bumi dan makanan tradisional pechel pithik yang biasanya hanya ada di saat waktu acara tertentu kini dapat dinikmati oleh wisatawan dengan sangat mudah.

Maka dari itu kita dapat menerapkan penggunaan hukum adat dan sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan desa, pemertahanan kearifan lokal masyarakat Osing di Desa Kemiren agar tetap sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan perhatian dan rasa tanggung jawab dalam menjaga warisan budaya untuk mempertahankan tradisi yang berlaku ditengah perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pariwisata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline