Lihat ke Halaman Asli

Pemanfaatan Nata De Cassava sebagai Bahan Edible Film Ramah Lingkungan

Diperbarui: 27 Desember 2018   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi mengenai hal makanan sehat yang dikonsumsi dan aman terhadap lingkungan, menjadi prioritas dalam menjalani pola hidup sehat yang benar. Sebagaimana yang telah dikabarkan melalui media cetak, media penyiaran, maupun media sosial, mayoritas penduduk belum bisa lepas dalam penggunaan plastik dikesehariannya. 

Seperti halnya pada penggunaan kantong plastik berbasis minyak bumi sebagai  pembungkus minyak goreng dan langsung digunakan bersama minyak goreng untuk menggoreng bahan makanan. Padahal pembungkus plastik tersebut bukan edible film melainkan terbuat dari minyak bumi. Selain itu, penggunaan plastik setiap tahunnya juga mengalami peningkatan terutama digunakan sebagai pembungkus makanan maupun non makanan, sehingga peningkatan jumlah limbah plastik naik dan sulit untuk mendegradasikan serta membutuhkan waktu yang sangat lama.

Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi produk (coating) atau diletakkan diantara komponen produk yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya uap air, gas, zat terlarut, cahaya) dan untuk meningkatkan penanganan suatu makanan. (Ahmed et al., 2008).

Dengan demikian, masyarakat harus lebih memperhatikan dampak dari penggunaan plastik tersebut sehingga masalah yang dapat ditimbulkan akibat peningkatan penggunaan plastik dapat diminimalisir, karna semakin meningkatnya jumlah limbah plastik yang dihasilkan.

Untuk mengurangi terjadinya peningkatan penggunaan plastik berbasis minyak bumi, maka dilakukan penelitian pembuatan plastik biodegradabel dengan menggunakan bahan alami yang dapat diperbaharui. Salah satu bahan alami tersebut yaitu onggok singkong, yakni limbah organik yang berasal dari air perasan parutan singkong.

Kandungan serat, glukosa dan karbohidrat yang cukup tinggi dalam limbah organik tersebut  merupakan komponen utama pembuatan nata, yang nantinya dapat digunakan untuk membuat film bioplastik. Limbah berasal dari air bekas parutan singkong tersebut dibuat nata menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Bioplastik yang dihasilkan merupakan bioplastik yang tahan lama namun mudah terurai oleh bakteri pengurai.

Keunggulan bioplastik yang berasal dari limbah organik diantaranya ramah lingkungan, dapat langsung dikonsumsi bersama bahan makanan yang dikemasnya, dan bahan baku cukup melimpah. Selain itu, edible film memberikan perlindungan yang cukup baik dengan mengurangi transmisi uap air, aroma, dan lemak dari bahan pangan yang dikemas, hal tersebut merupakan karakteristik yang tidak didapatkan pada kemasan konvensional (yang berasal dari minyak bumi).

Meskipun bahan dasar yang digunakan mudah untuk didapatkan namun untuk pengolahannya cukup dirasa sulit dan bahan yang disiapkan cenderung cukup mahal selain dari onggok singkong tersebut.

Daftar Pustaka :

Heru Pratomo, Eli Rohaeti. 2011. "Bioplastik Nata De Cassava Sebagai Bahan Edible Film Ramah Lingkungan". Jurnal Penelitian Saintek, 16 (2), 172-190

Dwi Fibriani, Fera Arinta, Ratna Dewi Kusumaningtyas. 2017. "Pengolahan Onggok Singkong sebagai Plastik Biodegradable Menggunakan Plasticizer Gliserin dari Minyak Jelantah (Processing of Cassava Dregs (Onggok) as Biodegradable Plastic Using Glycerin Plasticizer from Waste Cooking Oil Dwi)". Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 6 (2), 74-77

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline