A.PENDAHULUAN
Qadariyah merupakan salah satu aliran teologi tertua dalam Islam. Aliran ini muncul sebagai respon terhadap dinamika politik dan pemikiran pada masa Dinasti Umayyah(661-750 M).Terbentuknya aliran ini tidak lepas dari gejolak politik pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Peristiwa pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan naiknya Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai khalifah memicu perpecahan umat Islam. Tokoh pelopor ajaran qadariyah ialah Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasqi yang dianggap sebagai tokoh yang pertama kali memperkenalkan ajaran Qadariyah.
B.PEMBAHASAN
1.Pokok Pemikiran Qadariyah
Aliran Qadariyah ini menekankan pada kebebasan manusia dalam menentukan perbuatannya. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memilih antara baik dan buruk.
Aliran qadariyah menolak terhadap konsep takdir mutlak yang sepenuhnya ditentukan oleh Tuhan. Mereka (penganut ajaran qadariyah) beranggapan bahwa manusia memiliki peran aktif dalam membentuk nasibnya sendiri.
2.Mengenal Tokoh-Tokoh Pendiri Aliran Qadariyah
Tokoh yang menjadi pendiri aliran qadariyah ialah Ma'bad Al Juhani serta Ghaylan Al Dimasyqi. Sedangkan nama pertama yaitu Ma'bad Al Juhani dikenal sebagai senior dibandingkan nama kedua yaitu Ghaylan Al Dimasyqi.
Ma'bad Al Juhani dilahirkan di kota Basrah dan wafat pada 80 Hijriah atau 699 M. Ia juga termasuk dalam generasi tabiin. Ma'bad dikenal juga sebagai seorang ahli hadis. Sedangkan Ghaylan dilahirkan di kota Damaskus dan dikenal sebagai seorang orator sekaligus ahli debat, Ghaylan wafat pada tahun 105 H atau 722 M.
Aliran qadariyah, dipelopori oleh kedua tokoh tersebut , aliran ini mulai muncul ketika adanya pergantian kekhalifahan Rasyidin di Dinasti Umayyah. Tepatnya pada era terjadinya perpecahan umat Islam, karena Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh lalu Muawiyah bin Abu Sufyan naik takhta dan menjadi khalifah pertama di Dinasti Umayyah.
Pada masa itu, banyak masyarakat muslim yang tidak setuju dengan sistem politik Muawiyah dikarenakan dinilai bertolak belakang dengan masa pemerintahan kekhalifahan Rasyidin. Muawiyah sebagai khalifah sering kali memojokan para oposisi politiknya. Bahkan atas kuasa dari anaknya yaitu Yazid bin Muawiyah dan cucu Rasul serta Husein bin Ali dibantai pada perang Karbala.