Lihat ke Halaman Asli

Spiritual Journey Emha Ainun Nadjib

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13343257451261124418

[caption id="attachment_171567" align="aligncenter" width="620" caption="Spiritual Journey: Pemikiran & Permenungan EMHA "][/caption]

Saya akan mencoba sedikit menulis tentang buku berjudul Spiritual Journey: Pemikiran & Permenungan EMHA Ainun Nadjib-selanjutnya Cak Nun. Yang ditulis oleh Prayogi R. Saputra. Awalnya saya mengira bahwa buku ini tulisan dari Cak Nun sendiri, namun setelah saya perhatikan dengan seksama ternyata bukan, tohCak Nun sendiri juga pernah berkata tidak akan pernah menulis lagi untuk media massa manapun. Meski begitu, isi buku ini tentu saja tak lepas dari sosok Kiai Mbeling tersebut, beserta “pasangannya” Kiai Kanjeng serta pengajian-pengajian rutin yang beliau gelar di berbagai desa maupun kota di Nusantara. Secara garis besar buku ini berisi tentang pengalaman pribadi penulis selama mengikuti Pengajian Maiyah Cak Nun di Jogjakarta, atau lebih dikenal dengan Mocopat Syafaat.

Buku berisi 213 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Kompas ini oleh penulisnya dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah Mozaik, bagian ini oleh penulis disajikan berupa adegan langsung dalam Mocopat Syafaat, namun ada juga yang disajikan dalam bentuk uraian disertai dengan pendalaman tema-tema yang pernah didiskusikan didalamnya. Mozaikini semacam close upMaiyah, apa itu Maiyah? Akan dijelaskan oleh penulis didalam buku ini. Bagian yang satunya lagi adalah Interlude, yang menjadi semacam jeda, disertai juga dengan argumen-argumen yang menyitir para ilmuwan.

Penulis membuka tulisannya dengan berbagi pengalaman pribadinya mengirimkan sebuah surat yang ditujukan kepada Cak Nun langsung ke kediamannya di Jogja. Surat tersebut berisi tentang keinginan penulis untuk menjadi “penggetik Emha”. Perlu anda ketahui bahwa surat tersebut baru mendapat jawaban sesudah 14 kali pergantian musim di Indonesia, balasan tersebut juga bukan melalui surat melainkan telepon, dan itupun sangat singkat“Tulislah buku tentang Maiyah”, meski begitu, tampaknya tidak menjadi masalah yang serius bagi penulis. Mendapat balasan tersebut tentu saja membuat penulis senang luar biasa, ia merasa bahwa apa yang pernah Cak Nun katakan teryata benar adanya, meskipun ia semdiri juga tidak tahu cara kerjanya. “Manusia bisa menakdirkan dirinya (untuk menjadi apapun) dalam batas-batas yang diizinkan oleh Allah”.

Memasuki Mozaikpertama dari keseluruhan duabelas Mozaik, anda akan dibawa oleh penulis memasuki dunia “Maiyah” yang didalamnya berbagai macam tema seperti budaya, kehidupan sosial, ekonomi perdagangan, demokrasi hingga politik internasional didiskusikan secara kritis dan mendalam namun selalu penuh dengan kemesraan. Di dalam Maiyah siapapun berhak menyampaikan gagasannya tentang apapun dengan kapasitasnya masing-masing.

Banyak yang menarik dari buku ini selain isi dari buku ini sendiri, salah satu yang paling mencolok adalah pemilihan serta penataan fontyang bervariasi dengan sizeyang juga bervariasi. Hal ini tentu menjadi sebuah inovasi baru dari Penerbit Kompas yang biasanya cenderung formal. Dengan bahasa yang sederhana dan lancar, penulis berkeinginan untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang terdapat didalam tulisannya secara utuh. Tentu akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan tulisan Cak Nun sendiri yang terkenal sulit dipahami oleh orang “awam.”

Bagi JM-sebutan untuk Jamaah Maiyah, tema-tema dalam buku ini tentu tidak asing lagi, berbeda dengan yang bukan JM, barangkali akan berpendapat bahwa tema-tema yang diuraikan didalamnya sama sekali baru. Salah satu contohnya adalah tentang teori “Quantum Nonlocal Connection”yang salah satu aplikasinya adalah teleportasi, kita tentu sering melihat di TV atau dari cerita mbah-mbahkita dulu bahwa ada seseorang yang dengan sangat cepat bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, “Cling”. Ternyata kejadian seperti itu ”rasional" menurut ilmu fisika dan sangat mungkin terjadi, permaslahan tersebut akan diuraikan di dalam buku ini.

Sebenarnya selalu ada hal menarik disetiap Mozaik yang dibahas dengan sangat cara dan sudut pandang yang berbeda dari biasanya. Tauhid, shalawat, muslim, mukmin, kafir, manusia wajib, sunnah dan haram juga neoliberalisme yang mulai menguasai dunia adalah tema-tema keseharian bagi JM. Ada juga kesaksian reformasi dari seorang Cak Nun, dimana beliau yang sebenarnya sangat berperan didalam proses terjadinya reformasi, tetapi justru “menelingsutkan diri” sampai-sampai pernah difitnah sebagai “Orangnya Soeharto” dan yang terakhir adalah pembahasan tentang “Multikultural: Sikap atau Paham?”

Saya kira cukup sekian dulu, nanti kalau saya buka lebar-lebar seluruh isi bukunya malah pada nggak ada yang beli bukunya lagi, bisa-bisa saya dimarahi sama Kompas. Hehehe…

Untuk anda pengagum pemikiran Cak Nun, buku ini layak anda miliki !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline