Lihat ke Halaman Asli

Mempersaksikan Syahadat #1

Diperbarui: 10 Desember 2017   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mozaik.inilah.com

Awwaluddin ma'rifatullah, permulaan agama adalah mengenal Allah. Mengenal Allah adalah langkah pertama yang dilakukan oleh siapapun terhadap agamanya. Siapa Allah? Adalah satu-satunya Tuhan yang haq disembah. Bagaimana bisa tahu "si tuhan" bernama Allah? Tentunya Dia sendiri yang memberi tahu kepada kita, memperkenalkan dirinya, melalui Qur'an yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Karena tanpa Tuhan memperkenalkan diri-Nya, manusia hanya bisa mengira-ngira perihal nama, sifat dan semua pengetahuan tentang-Nya. Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Wenang adalah contoh dari nama-nama hasil usaha dan ikhtiar para manusia dalam menyebut Dzat yang menguasai semua kehidupan.

Sebelum datangnya islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad,  lebih dahulu orang jawa telah mendeskripsikan Tuhan dengan istilah "tan keno kiniro, tan keno kinoyo ngopo",tidak bisa dijangkau, tidak terkirakan, yang ternyata tidak beda dalam islam bahwa Allah itu laa kamislihi syaiun,tidak sama dengan apapun!

Asyhaduanlaailaaha illallah wa Asyhaduannaamuhammadan Rasulullah, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Setiap orang islam pasti pernah mengucapkan kalimat tersebut. Ada yang sehari lima kali atau lebih, atau hanya ketika ujian praktik agama di sekolah, dengan sepenuh hati atau hanya pelafalan formalitas saja, yang pasti pernah mengucapkannya. Syahadat menempati urutan pertama dalam rukun islam sebelum rukun-rukun lainnya. Syahadat berarti menyaksikan. Kita yang mengucapkan memberi kesaksian bahwa Tuhan kita adalah Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Pada lingkungan pesantren -dengan pemaknaan kitab kuningnya yang khas- syahadat dimaknai lebih mendalam:

"Ingsun nekseni setuhune ora ono Pengeran kang haq disembah sakliyane Gusti Allah, lan ingsun nekseni setuhune Kanjeng Nabi Muhammad iku utusane Gusti Allah."

Jika dibahasa indonesiakan kurang lebih "aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang haq disembah kecuali Allah.......". Sangat berbeda dari terjemahan pada awal yang saya tuliskan. Pemaknaan syahadat di pesantren menyebutkan "tidak ada tuhan yang haq disembah" menunjukkan bahwa banyak sesuatu -apa atau siapa- yang di"tuhan"kan oleh manusia meliputi kekayaan, kedudukan, reputasi, pangkat dan sebagainya. 

Namun semua "tuhan" yang dilantik oleh manusia tersebut tidak memiliki hak untuk disembah kecuali Allah. Mengapa? Karena hanya Allah lah satu-satunya mempunyai saham atas seluruh kehidupan: napas kita, darah kita, jantung kita, mata kita dan segala hal di dalam maupun di luar diri adalah milik-Nya. Kok bisa? Lah iya to! Wong Gusti Allah yang menciptakan itu semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline