Lihat ke Halaman Asli

Bingkai Realita Hambalang, Sebuah Kritik Balasan “SBY vs Jokowi”

Diperbarui: 31 Maret 2016   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kritik kepada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) oleh Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai petinggi partai Demokrat dalam acara Tour de Java telah menghangatkan dunia politik akhir-akhir ini. Kritik terhadap pemerintah dinilai sebuah kewajaran, lantaran Demokrat berposisi sebagai partai penyeimbang di parlemen. Persoalanya, seolah-olah rangkaian kegiatan yang disinyalir didalamnya berisi kritik tajam ke pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) terjawab dengan gamblang dihadapan publik. 

Hanya dengan satu kegiatan dalam satu hari, yakni Jokowi beserta rombongan dengan gagahnya menyambangi mega proyek “Wisma Atlet” di Hambalang. Jelas dalam ingatan publik, bahwa proyek yang telah menghabiskan anggaran hingga triliyunan rupiah telah mangkrak akibat korupsi yang mayoritas dilakukan oleh pihak partai Demokrat di era pemerintahan SBY. 

Namun, uniknya media justru berpandangan bahwa kunjungan Presiden Jokowi merupakan kritik balasan atas kritik SBY selama Tour de Java berlangsung. Meski, Presiden Jokowi hanya bermaksud melihat secara ril kondisi terkini proyek mangkrak tersebut. Seraya, Jokowi juga berharap ada kajian untuk diteruskan pembangunannya atau tidak, dalam bentuk Pusat Pelatihan Olahraga atau menjadi Rusunawa.

Media konvensional maupun media online. Sebut saja Metro TV dan Kompas. Tapi, penulis dalam hal ini mengambil sampel  pada beberapa situs berita online. Sebagaimana dalam kompas.com terdapat berita berjudul, “SBY vs Jokowi, Pantun Kritik “Dibalas” Hambalang dengan 39 komentar Netizen Kompas.  Dalam Republika Online topik serupa ada dalam berita berjudul, “SBY vs Jokowi Menjadi Trending Topic di Twitter”. Topik serupa juga ada pada berita di Viva.co.id  dengan judul “Perang Kritik SBY vs Jokowi  diprediksi terus berlanjut”.  

Lagi-lagi peran media begitu penting memposisikan dua peristiwa yang unik ini. Menggabungkan peristiwa yang berbeda secara ruang dan waktu menjadi satu peristiwa politik yang seru. Masyarakat sebagai khalayak media telah terkonstruksi oleh segala kekuatan Media itu sendiri. Penulis sependapat dengan Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam teori Kontruksi Realita Media. 

Ia menyebutkan bahwa realitas pada media massa merupakan pengamatan kedua. Realitas tersebut menempatkan persepsi pengetahuan yang dihadirkan dalam bentuk bentuk sosial dari  posisi yang istimewa dalam pengamatan; orang bijak, imam, kaum bangsawan, kota,  oleh agama maupun secara politis dan kesukuan berdasarkan cara-cara hidup. Sebagaimana unsur utama dalam berita adalah bahasa, maka fenomena balas kritis SBY vs Jokowi lebih dapat diketahui dengan teori bingkai analisis oleh Etnman.

Secara umum, semua situs berita online menganggap Tour de Java oleh SBY dan partai Demokrat dengan Sidak ke Hambalang oleh presiden Jokowi beserta rombongan merupakan peristiwa politik tingkat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persepsi media bahwa hal ini merupakan saling balas “Kritik” antara SBY dan Jokowi. Berawal dari pernyataan kritik SBY tentang pemerintahan Jokowi yang lebih condong membangun infrastruktur secara masif tanpa memperhatikan nasib perusahaan. 

SBY menilai bahwa pembangunan intrastruktur membutuhkan alokasi anggaran yang besar, otomatis dibutuhkan pendapat yang besar, utamanya dari sektor pajak perusahaan. SBY menyarankan agar pembangunan dapat ditunda ditahun berikutnya sesuai dengan kondisi ekonomi yang dialami bangsa ini. Seakan-akan Jokowi menjawab kritikan tersebut dengan melakukan kunjungan ke mega proyek ‘Mangkrak’ Hambalang. Memang, Jokowi tidak menyatakan secara tersirat kesedihannya saat mengunjungi Hambalang kepada SBY. 

Tetapi, media mengganggap Jokowi cukup dengan kunjungan sebagai bentuk perilaku nyata (Pesan non-verbal) dari jawaban atas kritikan yang ditujukan kepadanya. Meskipun, secara tersurat ia menyayangkan proyek tersebut terhenti. Sebagaimana lewat twitter pribadi Presiden Jokowi, @jokowi “Sedih melihat aset Negara di proyek Hambalang mangkrak. Penuh alang-alang. Harus diselamatkan”.

Keterlibatan media menggiring opini publik terlihat bagaimana pelibatan para pengamat politik seperti; Ray Rangkuti (Pengamat Politik Lingkar Madani (LIMA)) dan Siti Zuhra (LIPI), dan lain-lain. Meskipun, SBY pun membantah jika isu ini merupakan bentuk perseteruan antara dia dan Jokowi. Sebagaimana SBY berujuar dalam akun twitternya, “Pak Jokowi, teruslah emban amanah & bekerja hingga tahun 2019. Jangan mau kita diprovokasi & diadu domba”.

Sebagaimana diketahui bahwa mega proyek ‘Hambalang’ begitu sensitif. Pertama, proyek ini dikerjakan sejak tahun 2010 dan mangkrak. Kedua, proyek yang menghabiskan triliyunan anggaran negara berhenti karena korupsi oleh sejumlah pihak. Ketiga, akan sensitif karena berada di era SBY dan melibatkan banyak orang-orang partai Demokrat. Ketiga, bagi Jokowi tentu kritik SBY sangat kontras dengan gencarnya pembangunan infrastruktur yang di-“Gembar-Gembor-kan” di era saat ini. Keempat, peristiwa ini seakan menguatkan citra positif dari Jokowi yang terkesan ‘Talk Less Do More”. Kelima, justru publik menilai posisi Jokowi beruntung daripada SBY dalam peristiwa ini, hal ini terlihat dari komentar dan simbol emoticon yang sangat mendominasi dukungan kepada Jokowi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline