Lihat ke Halaman Asli

SYAFA RAHMANI

Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran

Saat Idealisme Bertemu Praktik Politik, Apakah Masih Bisa Dipertahankan?

Diperbarui: 6 November 2024   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia politik praktis, tantangan untuk mempertahankan idealisme sering kali sangat besar. Para politisi dan pejabat pemerintah dihadapkan pada realitas yang keras, di mana keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip idealis, tetapi juga pada kepentingan pragmatis dan tekanan dari berbagai pihak.

 Meskipun demikian, penting untuk mempertimbangkan apakah mungkin bagi individu yang terjun ke dunia politik untuk tetap setia pada idealismenya tanpa kehilangan integritas dan komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakininya.

Pertama-tama, idealisme dalam politik dapat didefinisikan sebagai komitmen terhadap prinsip-prinsip moral dan etika yang mendasari tindakan dan keputusan. Idealism ini mencakup keinginan untuk menciptakan perubahan positif, keadilan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di tengah hiruk-pikuk politik yang sering kali didominasi oleh kompromi dan pragmatisme, mempertahankan idealisme bisa jadi tantangan. 

Namun, idealisme bukanlah sebuah konsep yang harus diabaikan; sebaliknya, ia bisa menjadi pemandu yang membantu para politisi membuat keputusan yang lebih baik.

Salah satu cara untuk mempertahankan idealisme adalah dengan membangun koalisi yang berlandaskan nilai-nilai yang sama. Dalam politik, memiliki sekutu yang sepaham dapat memberikan dukungan moral dan membantu mengurangi rasa terasing ketika menghadapi tekanan untuk berkompromi. 

Koalisi ini dapat berupa kelompok-kelompok masyarakat sipil, organisasi non-pemerintah, atau partai politik lain yang memiliki visi serupa. Dengan bersatu, para politisi dapat menunjukkan bahwa ada banyak orang yang mendukung prinsip-prinsip idealis, sehingga memberi mereka keberanian untuk terus berjuang.

Namun, idealisme juga harus disesuaikan dengan konteks dan realitas yang ada. Ini tidak berarti mengorbankan nilai-nilai yang diyakini, tetapi lebih kepada kemampuan untuk beradaptasi dan menemukan cara-cara inovatif untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Politisi yang cerdas akan mencari jalan tengah yang tetap menjaga integritas tanpa harus mengorbankan tujuan akhir. 

Misalnya, dalam upaya untuk memperjuangkan kebijakan lingkungan yang lebih baik, seorang politisi bisa saja memulai dengan langkah-langkah kecil yang pragmatis, sambil tetap berkomitmen pada visi jangka panjang untuk keberlanjutan.

Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa dunia politik sering kali dipenuhi dengan godaan untuk korupsi dan penyimpangan dari idealisme. Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi para politisi untuk memiliki prinsip yang jelas dan komitmen yang kuat terhadap integritas. Keterbukaan dan akuntabilitas adalah dua aspek penting yang harus dijunjung tinggi. 

Dengan bersikap transparan dalam proses pengambilan keputusan dan mempertanggungjawabkan tindakan kepada masyarakat, politisi dapat membangun kepercayaan dan dukungan publik, yang pada gilirannya dapat memperkuat posisi mereka untuk berpegang pada idealisme.

Pendidikan politik juga memainkan peran penting dalam membentuk pemimpin yang idealis. Pendidikan yang menekankan pentingnya etika, keadilan sosial, dan tanggung jawab publik dapat membekali calon pemimpin dengan alat yang diperlukan untuk menghadapi tantangan politik. Melalui pendidikan ini, mereka diharapkan mampu membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik, serta membuat keputusan yang mencerminkan nilai-nilai yang mereka anut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline