Lihat ke Halaman Asli

Epilog | Kurajut Benang Mimpiku

Diperbarui: 27 November 2019   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku mengucap salam sambil mencium tangan bunda. Lalu menuju garasi untuk mengambil mobil kesayangan yang sudah lama tak pernah kunaiki, Range Rover hitam. Karena semenjak aku kuliah, aku hanya mengandalkan motor Ducati Diavel Carbon, pemberian dari Ayah 5 tahun yang lalu.

Sesampainya d kampus tempat ayah mengajar aku langsung menuju kelas yang tadi telah diberi tahu bunda dan memberikan bekal kepada ayah. Ternyata tidak hanya aku yang tertawa melihat ayah suka membawa bekal ,tapi hampir semua mahasiswa yang ada di kelas tempat ayah mengajar. Kapan lagi bisa menertawakan Ayah yang notabene Dosen killer dan dingin seantero kampus.

Setelah aku mengantarkan bekal untuk ayah, aku memutuskan untuk pergi ke observatorium yang ada di kampus ini. Sejujurnya  aku tidak tau apa yang harus kulakukan disana, karena aku bukan anak astronomi. Disana hanya dan aku dan seorang perempuan yang sedang membaca buku, oiya jangan lupakan petugas disana ya, lalu aku memberanikan diri untuk menghampirinya.

" Hai, aku Orion Arega." Ucapku kepadanya.
" Kamu ngomong sama aku?"
" Yaiyalah, masa aku kenalan sama petugasnya."
" Namaku Adhara Kaina, kamu anak astronomi ya? Kok aku tidak pernah melihatmu?"
" Bukanlah aku anak ayah sama bundaku" ujarku sambil ketawa
" aku serius orion."
" Bukan, aku anak teknik fisika."
" kok bisa ada disini.kan gedung anak teknik fisika sama astronomi jauh"
" Ayahku dosen Disini."
"kenapa kamu tidak sekalian ambil jurusan astronomi?" tanyanya sambil membolak balikkan buku
" entahlah, tapi aku merasa kalau passion ku di fisika. Kalau kamu sendiri kenapa memilih jurusan astronomi?"
" Almarhum ayahku sangat menyukai bintang, beliau adalah motivasi terbesarku untuk masuk kesini. Katanya biar nanti kalau bulan ramadan akan datang aku bisa melihat sendiri hilalnya."
"Maaf aku tak tau kalau......" belum sempat aku melanjutkan, dara sudah memotong ucapanku.
" tak apa."
Dara menceritakan tentang ayahnya dan kehidupannya, sifatnya yang terbuka membuatku menceritakan masalah antara aku dan ayah, aku nyaman saat bercerita dengannya, meski kita baru pertama kali berjumpa. Saat kita bercerita, ternyata Adzan sudah berkumandang.
" Sudah waktunya ashar, kita sholat dulu."
" iya aku mau langsung pulang aja, sholat dirumah. Semoga kita bisa bertemu lagi. Assalamu'alaikum. " ujarnya dengan tersenyum
" Waalaikum salam, Terima kasih untuk hari ini, semoga kita bisa bertemu lagi" ucapku dengan lirih.

-SELESAI-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline