COVID-19 virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia.
Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) .
Semenjak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah virus corona sebagai pandemi. Penyebarannya kini merebak secara global dan memunculkan wilayah-wilayah penularan baru di seluruh dunia, mulai dari Asia, Timur Tengah, Eropa, hingga Benua Amerika.
Menurut data statistik Global WHO pada tanggal 1 November 2020 tercatat ada 45.942.902 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 1.192.644 kematian .
Sedangkan di wilayah Asia tenggara sendiri menyokong angka kasus kematian sebanyak 144,194 jiwa, angka kematian ini menduduki posisi ke-3 setelah wilayah Eropa diposisi ke-2 dengan angka kematian 285,135 jiwa, sedangkan di posisi pertama dengan angka kematian sebanyak 639,353 jiwa diduduki oleh Wilayah Amerika.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji "pendekatan pemerintah" Singapura dalam penanggulangan Covid-19. Dia juga mengatakan ancaman pandemi telah menjadi sangat nyata, dan mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk "tidak menyerah" dalam memerangi penyakit virus corona.
Ada banyak contoh negara yang menunjukkan bahwa pendekatan semua-masyarakat, semua-pemerintah berhasil, katanya. Terlepas dari sistem perawatan kesehatan publiknya yang sangat baik dan administrasi publik yang efisien, Singapura telah sangat terpengaruh oleh pandemi COVID-19.
Meskipun kematian di negara kota itu tetap rendah dan upaya pelacakan kontak sebagian besar berhasil, negara itu tetap mengalami tingkat infeksi yang tinggi dan munculnya kelompok infeksi besar di asrama pekerja asingnya.
Di Singapura, mencatat kasus pertamanya pada 23 Januari 2020. Di luar China, Singapura memiliki kontak terkuat dengan Wuhan, dengan perkiraan 3,4 juta orang melakukan perjalanan antara Wuhan dan Singapura setiap tahun, dan mereka memiliki potensi ancaman eksistensial terbesar karena COVID-19 (WHO, 2020b). Namun, menarik untuk dicatat bahwa tingkat penyebaran infeksi virus korona di Singapura merupakan salah satu yang paling lambat di dunia.
Pada 2003 Singapura telah mengalami wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang menewaskan 33 orang sehingga memahami potensi kematian yang dapat ditimbulkan oleh virus baru Covid - 19 yang mempunyai gejala yang hampir sama dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong turun tangan, mendesak negaranya untuk "tetap tenang". Strategi komunikasi yang jelas ini hanyalah salah satu senjata Pemerintah dalam menangani kepanikan dan kekhawatiran masyarakat untuk melawan virus corona baru. Perdana Menteri Singapura juga membuat pidato rutin kepada masyarakat Singapura, dimaksudkan untuk menjelaskan dan meyakinkan.