Lihat ke Halaman Asli

Problematika Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Masa Pandemi Berdasarkan Pemikiran Jhon Dewey

Diperbarui: 15 Januari 2021   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 memaksa perubahan besar didalam aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam aspek pendidikan. Sejak munculnya pandemic Covid-19 di Indonesia, pemerintah telah meniadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Sebagai gantinya, pemerintah mengeluarkan serta menerapkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19 yang diterbitkan tanggal 24 Maret 2020. Kebijakan PJJ ini dikeluarkan oleh pemerintah sebagai alat atau pilihan alternatif agar kegiatan belajar mengajar di tengah pandemic ini tetap berlangsung, serta untuk menghindari sekolah sebagai pusat penularan Covid-19 di tengah masyarakat.

Terhitung sudah sepuluh bulan kebijakan PJJ telah diterapkan. Berbagai perubahan dalam proses pembelajaran selama PJJ terus terjadi, sehingga seluruh jenjang pendidikan harus mengikuti serta menyesuaikan dengan keadaan serba online ini. Seperti halnya jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang proses pembelajarannya lebih banyak praktik dibandingkan teori ini harus dapat mengikuti serta menyesuaikan dengan pembelajaran online di tengah pandemi.

Dilansir dari sindonews.com tanggal 09 November 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, memperbolehkan SMK melakukan pembelajaran praktik secara tatap muka dengan pembelajaran produktif di bengkel dan laboratorium. Sedangkan menurut salah satu siswa kelas 11 SMK Negeri di Jakarta mengungkapkan, sejak pandemic sekolah mereka tidak pernah melakukan kegiatan praktik di sekolah (wawancara tanggal 4 Januari 2021).  Mereka hanya mendapatkan pengetahuan secara teori melalui pembelajaran secara online, tanpa adanya pengalaman langsung melalui praktik di laboratorium ataupun pengalaman melalui kegiatan magang.

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menegah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapaangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintahan Nomor 29 Tahun 1990). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan pekerjaan.

Selain diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia usaha dan industry (DU/DI), menurut Djojonegoro (1998) karakteristik dari Pendidikan SMK ini ditekankan kepada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan di dunia kerja. Selain itu, Pendidikan kejuruan ini juga lebih ditekankan kepada "learning by doing" dan "hands-on experience". Penekanan terhadap "learning by doing" dan "hands-on experience" ini menunjukkan bahwa peserta didik di SMK lebih menekankan kepada pembelajaran praktik sehingga dapat menjadi penilaian atau kunci kesuksesan peserta didik terhadap performanya mereka dalam dunia kerja.

Kekhususan dalam pembelajaran SMK terletak adanya pembelajaran kompetensi yang mampu membekali peserta didik agar siap bekerja di dunia usaha dan industry, dalam hal ini kegiatan magang atau program Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan solusi untuk meningkatkan relevansi antara SMK dan DU/DI agar tercapai tujuan terciptanya mutu lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan DU/DI.

Tujuan praktik industry menurut Bukit (2014:50) yaitu (1) mendapatkan pengalaman bekerja di lini produksi; (2) memahami sikap dan disiplin kerja melalui praktik kerja industry di lini produksi; (3) mendapatkan komptensi kejuruan sesuai dengan standar kompetensi kejuruan sesuai dengan standar kompetensi yang dituntut oleh dunia industry; (4) mendapatkan kompetensi sosial, yaitu : bekerja sama dalam mengerjakan pekerjaan, mencari pemecahan terhadap kesulitan dalam pekerjaan.

Problematika Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Masa Pandemi Berdasarkan Pemikiran Jhon Dewey

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sejatinya menghilangkan karakter dari pendidikan kejuruan yang seharusnya lebih banyak ditekankan kepada pembelajaran praktik dibandingkan teori. Peserta didik selama PJJ hanya mendapatkan sebuah penguasan pengetahuan melalui pembelajaran teori tanpa adanya penguasaan keterampilan melalui pembelajaran praktik yang dibutuhkan di dunia kerja. Penguasaan keterampilan ini hanya di dapatkan dari pembelajaran praktik yang biasanya dilakukan di laboratorium, akan tetapi di masa pandemic seperti ini peserta didik tidak bisa mendapatkan pengalaman pembelajaran tersebut. Kekhususan pembelajaran SMK dalam mempelajari serta mendapatkan pengalaman pengetahuan dan praktik yang dibutuhkan di dunia kerja yaitu dengan adanya kegiatan magang atau program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Akan tetapi di masa pandemic ini, Prakerin bisa saja diundur bahkan dihilangkan mengingat pandemic yang masih berlangsung.

Problematika Pembelajaran di SMK pada masa pandemi Covid-19 ini dapat di analisis dalam Teori Progresivisme Jhon Dewey. Menurut Jhon Dewey, progresivisme merupakan sebuah aliran filsafat yang berorientasi ke depan yang memposisikan manusia (peserta didik) sebagai salah satu subjek pendidikan yang memiliki bekal dan potensi dalam pengembangan dirinya (Tria Wulandari, 2020 :74). Dalam pendidikan di SMK, kunci kesuksesan peserta didik terletak terhadap performanya mereka dalam dunia kerja. Hal ini sejalan dengan Dewey, dimana dalam mencapai kunci kesuksesan, peserta didik di SMK harus mempunyai bekal dan potensi dalam dirinya, sehingga dapat membentuk performa mereka dalam dunia kerja. Sedangkan di masa pandemic seperti ini, peserta didik tidak mempunyai bekal serta potensi diri yang cukup melalui pengetahuan, khususnya praktik yang seharusnya mereka dapatkan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline