Lihat ke Halaman Asli

Beragama dengan Santai

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Ayo sini.. Naik..”

Tangan penjaga klenteng melambai-lambai memanggil saya dan beberapa kawan yang tengah berkunjung ke Klenteng Dewi Kwan Im di Belitung. Klenteng yang dipercaya para lajang untuk berdoa mendapatkan jodoh. Letaknya diatas bukit. Anak-anak tangga melingkar ke atas menuju bangunan utama klenteng.

”Mau sembahyang?”

Saya mengangguk. Agak ragu.

”Tapi ajarin ya?” Pinta saya pada sang penjaga.

”Cuci tangan dulu di situ..” Si penjaga menunjuk sebuah wastafel yang menempel pada dinding pintu masuk.

”Ambil ini..” Perintahnya sambil mengasungkan kaleng penuh hio.

”Ambil berapa?” Saya bertanya penuh semangat.

”12. Mau dibakarin?”

Saya mengangguk.

”Nanti taro 3-3 ya. Di depan sana samping kiri kanan sama di depan patung sini. Sambil baca doa. Apa yang mau diminta.” Si penjaga memberi petunjuk dengan rinci.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline