Lihat ke Halaman Asli

Ketika NU - Muhammadiyah Duduk Bersama

Diperbarui: 23 Maret 2018   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketum PBNU Menghormati Ketum PP Muhammadiyah (Foto: Junaidi Mahbub)

Sore ini, Jumat (23/3)  merupakan momen bersejarah bagi penulis karena menyaksikan peristiwa sejarah yakni pertemuan NU-Muhammadiyah. Bagi orang yang optimis ini sebuah langkah optimis anak bangsa, dimana seperti kita ketahui bersama kedua ormas merupakan elemen pendiri bangsa Indonesia. Ikut berjuang menghadapi penjajahan Belanda hingga menumpas PKI. Jasa kedua ormas ini tidak diragunkan hingga saat ini.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. KH. Haedar Nasir mengajak beberapa pengurusnya saat silaturahim ke Gedung PBNU. Pertemuan pemimpin kedua ormas terbesar di dunia bahkan dunia ini sangat guyub dan terasa persaudaraanya. Intim penuh makna dan kasih.  Tuan rumah menghormati tamu, tamu menghormati tuan rumah.

Pembahasan pun mulai dari kondisi bangsa, tahun politik, kesejahteraan masyarakat hingga era digital. Hal ini mempunyai makna mendalam saat elit pemerintah dan beberapa tokoh saling kritik dengan menafikan etika sebagai ciri khas bangsa timur. Proses politik pemilihan kepala daerah DKI Jakarta diharapkan cukup menjadi pelajaran pendewasaan bukan justru politik menjadikan sifat kekanak-kanakan.

Pertemuan tersebut kembali menegaskan NU-Muhammadiyah bahwa konsensus kebangsaan Pancasila dan NKRI adalah final. Kecintaan akan bangsa dan negara sudah mendarah-daging di kedua ormas tersebut. NU-Muhammadiyah juga sudah berbuat melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan caranya sendiri melalui NUCare- LazisNU dan LazisMU serta berbagai program masing-masing. 

NU-Muhammadiyah meminta pemerintah secara serius mengurangi kemiskinan dan pengangguran secara terukur agar kesenjangan ekonomi dan sosial teratasi. Bukan tanpa alasan ormas pendiri bangsa ini meminta pemerintah serius dalam hal itu, karena itu tugas pemerintah sesuai konstitusi.

Maraknya berita hoaks, juga menjadi pembahasan kedua ormas terbesar ini. Berita hoaks yang secara sengaja diproduksi secara massif dan disebar membuat kondisi gaduh tak hanya di dunia maya tapi juga dunia nyata. Ini menjadi permasalahan tersendiri karena dapat menimbulkan rasa kecurigaan antar satu orang dengan lainnya. Pangkal perpecahan dari rasa curiga satu dengan lainnya. Hal ini perlu diantisipasi, maka kedua ormas tersebut menghimbau kepada masyarakat agar tidak termakan berita hoaks dengan melakukan cek ricek atau tabayyun.

Apalagi memasuki tahun politik yang pasti tim sukses menggunakan media sosial sebagai instrumen kampanye. Maka dari itu, di tahun 2018 yang terkenal dengan sebutan tahun politik NU-Muhammadiyah menghimbau masyarakat menjaga kondisi agar kondusif. Demokrasi tidak sekedar membutuhkan kerelaan hati menerima adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pikiran, namun demokrasi juga membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan cinta kasih antar sesama.

Loh kok nggak ada pernyataan yang menanggapi isu Indonesia 2030 bubar? tenang hehe,,,dalam pertemuan tersebut tetap menyinggun meskipun tidak secara spesifik menanggapi hal tersebut. NU-Muhammadiyah sepakat, seiya, sekata, Indonesia tidak akan bubar selama memiliki iman dan taqwa. Indonesia bukan sebuah fisik, bukan instrumen yang vacum. NU-Muhammadiyah bersepakat agar anak bangsa tetap optimis karena perjalanan bangsa ditempah dengan berbagai keadaan, mulai dari Orde lama dan Orde Baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline