Lihat ke Halaman Asli

Syabina MalixaSyekh

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Meutya Hafid Ansyah: Perjalanan Hidup Seorang Pejuang Media yang Menjadi Menteri

Diperbarui: 22 Oktober 2024   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram meutya_hafid

Hj. Meutya Viada Hafid, B.Eng., M.IP. (lahir 3 Mei 1978) adalah seorang wartawati dan politikus Indonesia. Saat ini ia menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia. Meutya Hafid bukanlah sosok asing di dunia politik Indonesia, Sebelumnya ia menjadi Anggota DPR-RI sejak 2010 menggantikan Burhanuddin Napitupulu yang meninggal dunia. Seorang kader Partai Golongan Karya, ia mewakili daerah pemilihan Sumatera Utara 1. Namun jauh sebelum ia dikenal sebagai seorang menteri, ia adalah seorang jurnalis yang memulai kariernya di lapangan. Sebagai reporter, Meutya menempa dirinya di medan berat, berkeliling berbagai pelosok Indonesia hingga belahan dunia, mencari kebenaran, dan menyuarakannya kepada publik. Salah satu momen paling monumental dalam hidupnya terjadi pada tahun 2005, ketika ia diculik oleh militan Irak saat melakukan liputan. Alih-alih mundur dan merasa gentar, pengalaman ini justru membentuk karakternya sebagai seorang perempuan tangguh yang tidak kenal takut menghadapi situasi berbahaya.

Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).

Dari Reporter ke Politisi: Langkah Menuju Pengabdian yang Lebih Luas

Setelah kembali dari Irak dengan cerita yang tak terlupakan, Meutya mulai memikirkan peran yang lebih besar dalam membangun bangsanya. Sebagai seorang jurnalis, ia telah menyampaikan suara masyarakat, tetapi sebagai politisi, ia menyadari bahwa ia dapat terlibat langsung dalam merancang kebijakan yang dapat memperbaiki kehidupan rakyat banyak. Pada tahun 2009, Meutya memutuskan terjun ke dunia politik dengan bergabung bersama Partai Golkar. Perjalanan politiknya bukanlah kebetulan, namun merupakan panggilan untuk terus memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan dengan cara yang berbeda.

Di parlemen, ia menjadi suara yang kuat dalam isu-isu media, komunikasi, dan perlindungan wartawan. Ia memahami tantangan yang dihadapi oleh para jurnalis dan pekerja media, karena ia pernah berada di posisi yang sama. Melalui berbagai kebijakan yang ia perjuangkan, Meutya selalu menunjukkan dedikasi terhadap kebebasan pers dan hak-hak jurnalis di Indonesia. Sebagaimana ia pernah mengatakan, "Pers yang bebas adalah benteng terakhir demokrasi. Ketika kebebasan itu terancam, maka yang dipertaruhkan bukan hanya berita, tetapi kebenaran."

Visi dan Misi: Kepemimpinan untuk Demokrasi yang Kuat dan Toleran

Saat Meutya Hafid diangkat menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika pada tahun 2024 ini, ia membawa visi yang lebih besar untuk Indonesia. Dengan latar belakang jurnalistiknya, ia memahami pentingnya komunikasi yang transparan dan bebas, namun juga bertanggung jawab. Di tengah era digital yang semakin maju, salah satu misi utamanya adalah memastikan bahwa teknologi informasi digunakan secara bijak untuk memperkuat demokrasi, bukan merusaknya.

"Teknologi bukan hanya alat, tetapi juga jalan bagi kita untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi, keterbukaan, dan kesetaraan. Namun, kita harus berhati-hati, karena tangan yang salah bisa mengubah teknologi menjadi alat destruksi," ujarnya dalam pidato pertamanya sebagai menteri.

Meutya melihat bahwa tugas utamanya adalah mengelola informasi agar tetap bersih dari hoaks, memperkuat regulasi terhadap penyebaran disinformasi, dan memastikan bahwa seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dapat menikmati akses informasi yang adil. Namun, ia tidak ingin pemerintah terlalu represif. Ia percaya pada kebebasan berbicara, tetapi kebebasan itu harus bertanggung jawab. Visi besar Meutya adalah menciptakan ekosistem digital yang sehat di Indonesia, di mana kreativitas dan inovasi berkembang, namun tetap ada perlindungan terhadap keamanan dan privasi masyarakat.

Pengaruh di Dunia Internasional: Diplomasi Media dan Komunikasi Global

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline