Lihat ke Halaman Asli

Kata Siapa Beragama Hanya untuk Golongan Tua?

Diperbarui: 22 Juni 2018   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seringkali kita melihat orang-orang mulai beragama disaat mulai berumur atau disaat mulai sadar kalau keperluan dunia bukan segalanya.

Namun akhir-akhir ini apakah kalian sadari kalau sudah mulai banyak anak muda yang meninggalkan kebiasaan buruk seperti mengkonsumsi makanan haram dan minuman keras, mulai pergi ke masjid untuk shalah berjamaah, dan memakai kerudung untuk para perempuan?

Tentunya ini merupakan sesuatu yang positif, tapi sebetulnya kenapa sih mendadak ada fenomena banyak anak muda yang mulai fokus untuk tidak hanya mengenal tetapi juga mempraktekkan agama dengan lebih mendalam?

Mungkin salah satu alasannya karena adanya sebuah gelombang penceramah muda yang lebih mendominasi dunia ceramah regilius yang membawa topik-topik yang lebih mendekati kehidupan anak muda seperti cara bergaul tanpa menyimpang dari agama dan dakwah menggunakan kata-kata yang lebih kekinian, contohnya seperti Evie effendi, Hannan Attaki, Ahmad al Habsyi, dan Khairi Fuady.  

Yang lebih menariknya lagi adalah fakta bahwa penceramah muda ini tidak hanya datang dari latar belakang yang sangat agamis, tapi juga banyak dari mereka yang datang dari masa lalu yang keras seperti mantan narapidana dan mantan pengguna NAPZA, dan ada juga yang datang dari latar belakang pendidikan agama dari luar negeri.

Walaubagaimanapun, gelombang penceramah muda ini juga tidak menomerduakan topik-topik agama yang lebih utama seperti fikih shalat atau puasa, jadi mereka menyesuaikan isi ceramah sesuai dengan selera jemaah.

Semoga dengan adanya fenomena seperti ini bisa memberikan perspektif bahwa mendekatkan diri kepada agama tidak seharusnya membatasi anak muda dari menajalani masa muda mereka dengan bebas dan membangun anak-anak muda yang beragama tanpa intoleransi dan dengan pemikiran yang lebih terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline