Satu minggu sudah pemasangan tembok di kampus SGU dilakukan oleh BSD. Tentu kejadian ini menyebabkan perasaan yang campur aduk di hati mahasiswa, orang tua, dan tentu saja kami para dosen. Marah, sedih, geram, kecewa, berbaur jadi satu. Kejadian ini juga membuat saya makin sering ngobrol dengan mahasiswa, kebanyakan tentu saja melalui smartphone.
Saya selalu mengajak mahasiswa untuk menjadikan peristiwa yang menimpa kampus kami sebagai pelajaran yang mendewasakan mereka, mendewasakan saya juga. Tidak sekalipun saya memengaruhi mereka untuk berpihak kepada salah satu pihak yang bersengketa. Saya mengajak mereka untuk mendengarkan informasi dari kedua belah pihak, menganalisisnya secara seksama, bertanya kepada nurani baru kemudian bersikap. Inilah pembelajaran. Inilah pendidikan. Mereka adalah anak-anak muda yang kelak mengambil peran di dalam mewarnai negeri ini. Warna negeri ini akan indah, jika generasi mudanya cerdas, kritis dan memiliki nurani.
Hari ini saya membaca tawaran dari PT BSD untuk membantu kelangsungan pendidikan mahasiswa SGU. Ada dua poin. Pertama dibukanya kemungkinan akses lab bagi Mahasiswa yang melakukan penelitian thesis, dan yang kedua tawaran beasiswa 50% bagi mahasiswa SGU yang mau pindah ke universitas-universitas tetangga.
Kabar ini justru saya terima dari mahasiswa. Lagi-lagi saya meminta mahasiswa untuk mengevaluasi tawaran tersebut. Untuk tawaran kedua, respons mahasiswa bagi saya agak mengejutkan : kok mereka jahat ya pak. Segitunya mau menghancurkan SGU. Saya tercenung. Ya, apa salah SGU sebagai universitas dalam sengketa ini sehingga sampai dibegitukan? Perguruan tinggi ini telah cukup banyak menghasilkan lulusan yang kualitasnya tinggi, mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi negeri ternama.
Kinerja SGU di sektor penelitian diakui oleh negara sehingga dengan cepat naik peringkat dari binaan, madya, dan sekarang utama. Sementara, ada banyak perguruan tinggi yang lebih tua masih berada di level binaan dan madya. Dua tahun belakangan ini dosen terbaik kopertis wilayah IV diraih oleh dosen SGU. Ada banyak pencapaian lain yang diraih SGU melalui perjalanan panjang selama 16 tahun. Silakan sengketa diselesaikan. Tapi, apa salah Swiss German University?
Tulisan oleh Abdullah Muzi Marpaung (Dosen Food Technology Study Program, Swiss German University) yang diambil dari akun Facebook beliau.
tulisan lainnya di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H