Lihat ke Halaman Asli

Nadia Bayu

Mahasiswa

When I was Little.......

Diperbarui: 5 November 2023   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hai, ini cerita masa kecil ku. I hope you guys enjoy my little story. Aku adalah anak perempuan paling kecil di keluarga ku, aku anak ke tiga dari tiga bersaudara. Aku memiliki satu kakak perempuan dan satu abang. Aku lahir dan besar di kota kecil (but not too small) di Kepulauan Riau. Aku lahir dan besar dari keluarga yang sangat harmonis, jarang konflik dan penuh cinta kasih. Aku anak bungsu yang terbilang cukup dimanjakan oleh orang tua ku, namun bukan berarti aku adalah anak yang bisa meminta segala hal, tentu tidak. Tapi kalau dibilang dimanjakan ya cukup dimanjakan. Ketika aku masih kecil dari lahir sampai umur lima tahun, aku tinggal disebuah rumah yang kecil dan sederhana. Sebenarnya rumah itu juga jauh dari kata "bagus" tapi disitulah kenangan masa kecil ku yang tak pernah bisa aku lupakan dan kehangatan keluarga yang selalu aku rasakan. Rumah itu hanya terdiri dari satu kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur, dan ruang keluarga dan ruang tamu yang saling menyatu.

Dirumah itu juga aku bertemu dengan teman imajinasi ku yang tak kasat mata. Bagaimana kok aku bisa bermain dengan mereka? Jadi gini, dulu itu ayahku kerja di kantor, masih jadi karyawan biasa, ibu ku punya toko sembako dan berjualan keripik yang dititip ke warung-warung. Abang dan kakak ku sudah bersekolah, kejadian ini ketika aku masih berumur sekitar 3-4 tahunan. Jadi pada saat itu aku belum bersekolah. Ketika ayah, abang dan kakak ku sibuk kerja dan bersekolah, aku tinggal dirumah berdua dengan ibu ku. Sebenarnya ingatan ku tentang cerita ini sudah dihapuskan dan ditutup, namun ketika aku sudah besar ayah dan ibu ku menceritakan lagi ketika dirasa mereka aku sudah mulai melupakannya. Jadi singkatnya gini, karena aku ditinggal berdua dengan ibuku aku selalu dicekokin mainan dirumah untuk mengisi waktu luang ku. Dulu itu aku jarang main keluar rumah, karena anak-anak dikomplek aku adanya yang seumuran abang dan kakak ku, jadi aku main keluar rumah itu ketika hari libur dan sore hari di hari biasa.

Ketika aku ditinggal main sendirian dan ibuku sedang memasak untuk titipan warung, disitulah teman-teman ku itu berdatangan, lokasi rumah aku juga dulu belakangnya adalah kebun-kebun liar dan bisa dibilang seperti hutan tapi tidak hutan juga, hanya penuh dengan pepohanan dari kebun orang saja. Jadi ayahku ini termasuk yang sabar dan menerima kalau anaknya punya teman yang seperti itu. Ketika aku sudah besar dan memasuki masa SMP orang tua ku menanyakan aku "dek, ingat ga waktu dulu punya teman blablabla" lalu aku jawab "tidak" dan disitulah orang tua ku menceritakan kembali. Jadi dulu aku selalu menanyakan tetangga yang lewat depan rumah tentang dimana rumah teman-teman ku itu, dan mereka semua tidak ada yang mengetahuinya, dan mereka tidak mengenal nama-nama tersebut yang aku tanyakan. Lalu ketika sore hari, selepas ayahku pulang kerja aku meminta ayahku untuk mengantarkan aku kerumah teman ku itu, dan sampailah kami berhenti disebuah rumah besar yang sebenarnya berpenghuni tapi terlihat sepi. Aku hanya berani menunjukkan ayahku bahwa itulah rumah temanku.

Namun pada saat itu, kata ayahku kalau aku menunjukkan rumah temanku itu disebuah kuburan, detik itu juga ayahku mau menutup segala akses pertemananku dengan mereka. Tapi karena tidak ada satupun aku tunjuk dikuburan akhirnya ayahku membiarkan dulu sampai mana aku bermain dengan mereka. Sampai pada akhirnya aku menginjak umur lima tahun dan sudah mau masuk masa sekolah, ayahku mulai memaksaku untuk melupakan semua teman-temanku yang tak kasat mata itu, dan menutup dengan doa-doa agar aku dijauhkan dari mereka. Akhirnya kebetulan juga pada saat itu aku pindah rumah, ketika aku masuk TK aku sudah tidak tinggal dirumah itu lagi. Ketika aku sudah besar dan diingatkan lagi tentang itu, awalnya aku denial dan tidak mengakui itu, karena aku merasa tidak benar hal itu dan aku juga takut sendiri. Lambat laun aku menyadari bahwa sebenarnya orang tua ku juga yang tau perkembangan anaknya, dan aku juga sadar kalau kita memang hidup berdampingan dengan makhluk ghaib. Tapi alhamdulillahnya aku sudah tidak lagi berteman dengan mereka semua. Bahkan orang tua ku termasuk berhasil untuk membuat aku lupa bahwa aku dulu pernah berteman dengan "mereka".

Ketika aku sudah pindah dirumah baru dan mulai masuk TK, ayahku berkata aku harus berteman dengan manusia yang sesungguhnya dan yang nyata. Akhirnya aku bermain dengan mereka yang nyata disekolah TK. Dirumah baru itu sebenarnya hanya rumah ngontrak, kami tinggal di kontrakan kecil karena saat itu ayahku sedang membangun rumah yang aku tempati saat ini. Dirumah kontrakan itu aku bertemu dengan tetangga ku yaitu teman bermainku namanya Gading. Dulu ia adalah teman ku di tempat ngaji yang berada dimasjid dekat rumahku. Dia anak laki-laki yang putih dan dulu botak, juga nakal banget. Dulu aku pernah pergi ngaji bareng Gading, dan ketika pulang kami mampir ke sebuah rumah orang yang didepannya ada kolam kecil berlumpur. Tiba-tiba Gading mendorong ku masuk kedalam kolam itu, akhirnya baju ku basah dan kotor, pada saat itu aku juga lagi memakai sendal baru dan sendal itu hilang didalam lumpur, aku pulang kerumah sambil nangis. Tapi aku tidak dimarahi orang tuaku, Gading juga tidak dimarahi orang tuaku. Ya karena itulah ajaran orang tua ku, memaafkan dan karena aku hidup penuh cinta kasih jadi aku juga memaafkan Gading, tapi sekarang aku sudah tidak tau ia dimana haha, karena dulu dia tinggal dekat rumahku tidak lama setelah itu dia pindah keluar kota. Tapi itu pengalaman yang tak bisa aku lupain juga hahaha.

Sampai akhirnya aku dimasa sekarang, kehidupanku sangat berubah. Dulu disaat aku beranjak remaja menuju dewasa, hidup ini penuh lika liku ya. Disaat aku duduk dibangku SD, SMP, dan SMA, aku pernah dibully. Tapi berkat mereka juga aku terkadang merasa kuat banget sama hidup ini, aku dulu dibully secara fisik di bilang gendut, hitam, keriting, dan sebagainya. Dulu sih aku marah diejek seperti itu. Tapi makin aku dewasa aku makin sadar, pembully itu juga tidak lebih baik dari aku, aku mulai menyadari teman dekat kita bisa jadi pengkhianat, bisa jadi pembully juga, dan aku menyadarinya ketika aku sudah dewasa. Aku menyadari orang-orang pembully itu harus diampuni dan dimaafkan, karena aku makin sadar pembully itu adalah orang-orang yang hidupnya tidak penuh cinta kasih, tidak dipenuhi rasa sayang. Karena menurut ku ketika orang penuh cinta kasih dan rasa sayang dia akan menghargai sesamanya, dia akan menjadi orang yang tau bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Tidak ada manusia yang pantas dan layak untuk dijahati, hanya pembully lah orang yang tak penuh cinta kasih dan sayang makanya selalu iri dengki dan mencari keburukan seseorang. Makin dewasa makin sadar banyak hal yang harus aku pelajari tentang kehidupan ini yang tak selamanya berpihak dikita, kadang kita harus banyak nerima sesuatu yang tak sesuai dengan kemauan kita. Seperti aku yang menolak mengakui kalau dulu berteman sama yang tak kasat mata, tapi aku mulai sadar memang itulah kenangannya diingatkan orang tua, aku menerima bahwa masa kecilku bukan dari kehidupan yang kaya raya, sampai aku sadar kehidupan berubah menjadi lebih baik. Terimakasih masa kecilku, hingga saat ini sejarah masa kecil membuat aku menerima semua kehidupan ku baik dan buruknya, senang dan susahnya. Terimakasih masa kecilku, aku selalu berterima kasih dengan diriku juga yang sudah hebat dengan kehidupan ini yang tidak selalu baik. Terimakasih juga buat kalian yang sudah membaca ini sampai habis, jangan lupa selalu berterima kasih kepada diri sendiri ya atas perjuangan-perjuangan kita, cerita masa kecil kita, dan kehidupan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline