Lihat ke Halaman Asli

AL-QUR’AN & AKUNTANSI (4): KIRI KANAN CERMIN KEADILAN

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13481821761065260817

QS. Al-BAQARAH [2]: 282 lazim diinterpretasikan sebagai ayat tentang akuntansi karena dalam ayat tersebut disajikan phrasa kata yang menganjurkan orang-orang beriman untuk melakukan pencatatan. Berhubung mekanisme debet kredit merupakan pengetahuan akuntansi yang terbukti robust, adakah kata atau phrasa kata dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282 yang dapat mengilhami kaum muslim di masa kejayaan Islam untuk menggagas penerapan mekanisme debet kredit? Pertanyaan tersebut urgent untuk dijawab dalam rangka semakin menegaskan bahwa akuntansi merupakan pengetahuan yang dikembangkan berlandas Al-Qur’an. Marilah kita cermati alur logika berikut ini.

Pertama, sangat banyak ayat dalam kitab suci Al-Qur’an menggunakan bahasa matematika. Sebagai contoh, operasi penjumlahan tertuang antara lain (a.l.) di QS. Al-A’raaf [7]: 142 & QS. Al-Qashash [28]: 27, operasi pengurangan tersaji a.l. di QS. Al-Ankabuut [29]: 14 & QS. At-Taubah [9]: 36, dan operasi perkalian & pembagian tercantum a.l. di QS. Al-Baqarah [2]: 261, & QS. Al-Anfal [8]: 65. Operasi matematika aljabar yang menuntut umat Islam harus menguasai matematika tingkat lanjut juga disajikan dalam Al-Qur’an, a.l. di QS. An-Nisaa’ [4]: 11 yang membahas tentang pembagian warisan. Keseimbangan jumlah kata yang terdapat dalam Al-Qur’an juga menunjukkan penerapan bahasa matematika. Sebagai contoh, kata “dunyaa” (dunia) & “aakhirah” (akhirat) sama-sama disebutkan sebanyak 115 kali, dan kata “fi’il” (perbuatan) & “ajru” (balasan) sama-sama disebutkan sebanyak 108 kali.

Kedua, kitab suci Al-Qur’an juga menggunakan kata-kata berupa bahasa sosial yang sesungguhnya menunjukkan berlakunya bahasa matematika. Beberapa contoh bahasa sosial yang mencerminkan bahasa matematika adalah kata ukuran (a.l. di QS. Al-Hijr [15]: 21; QS. Al-Furqaan [25]: 2; QS. Az-Zukhruf [43]: 11), kadar (a.l. di QS. Al-A’laa [87]: 1 – 3), dan seimbang (a.l. di QS. Al-Mulk [67]: 3). Masih banyak kata berupa bahasa sosial dalam Al-Qur’an yang pada dasarnya mudah diidentifikasi sebagai bahasa matematika. Sebagai sumber kebenaran yang hakiki, metode komunikasi yang digunakan dalam Al-Qur’an ini seharusnya menjadi pelajaran dan diambil hikmahnya oleh umat Islam (lihat Al-Qur’an & Akuntansi (3): Bahasa Bisnis yang Seharusnya).

Ketiga, kitab suci Al-Qur’an sering menggunakan kata ADIL atau sinonimnya. Sekilas, kata ADIL merupakan bahasa sosial murni. Menurut Anda, dapatkah kata ADIL dikatakan sebagai bahasa sosial yang mencerminkan bahasa matematika? Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa salah satu cermin/wujud tercapainya kondisi adil (keadilan) adalah jika terjadi keseimbangan. Sebagai contoh, penimbangan gula dikatakan adil jika terdapat keseimbangan antara sisi kiri timbangan yang ada bandulnya dan sisi kanan timbangan yang berisi gula. Selanjutnya, secara matematika timbangan tersebut dapat diabstraksikan dalam persamaan aljabar yang terdiri dari sisi kiri dan sisi kanan. Oleh karena itu, rasanya adalah sangat mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa sesungguhnya kata ADIL merupakan bahasa sosial yang sekaligus mencerminkan bahasa matematika.

Keempat, kata ADIL juga terdapat salah satunyadalam QS. Al-Baqarah [2]: 282. Walaupun Al-Qur’an terjemahan berbahasa Indonesia mentranslasi kata “adl” yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282 dengan kata “benar” tetapi bahasa Indonesia juga menyerap kata “adl” yang berarti ADIL. Dapatkah kata ADIL di QS. Al-Baqarah [2]: 282 yang membahas tentang transaksi utang-piutang (kredit) diabstraksikan ke dalam matematika aljabar? Pertanyaan tersebut menarik untuk dijawab. Berikut penjelasannya. Sebagaimana diketahui, transaksi utang-piutang (kredit) melibatkan 2 pihak utama, yaitu debitur dan kreditur. Anggaplah Bpk Abdullah meminjamkan uang Rp10.000 kepada Bpk Abdulrahman. Pencatatan dikatakan ADIL jika Bpk Abdullah menuliskan sebagai piutang Rp10.000, dan Bpk Abdulrahman menuliskan sebagai utang juga sebesar Rp10.000. Menggunakan matematika aljabar, transaksi ini dapat dicatat dengan menuliskan Rp10.000 di sisi kiri persamaan, dan Rp10.000 di sisi kanan persamaan; Rp10.000 = Rp10.000. Bpk Abdullah dan Bpk Abdulrahman harus mencatat dengan nilai moneter yang sama (cermin keadilan) agar ketika terjadi transaksi pelunasan maka kedua catatan bapak tersebut juga berubah sama.

Singkat kalimat, dapat disimpulkan bahwa matematika aljabar digunakan untuk menjadikan pencatatan utang-piutang dilakukan secara adil. Setidak-tidaknya uraian di atas dapat digunakan sebagai salah satu penjelasan mengapa kaum muslim yang menekuni dunia matematika pada masa itu menggagas penerapan sistem pencatatan berpasangan yang merupakan aplikasi matematika (lihat Al-Qur’an & Akuntansi (2): sistem Pencatatan Berpasangan) yang selanjutnya diwujudkan secara spesifik dengan penerapan mekanisme KIRI KANAN atau yang lazim dikenal oleh para pembelajar akuntansi sebagai mekanisme DEBET KREDIT (lihat Al-Qur’an & Akuntansi (1): Asal-Usul Debet Kredit).

Referensi:

Sony Warsono-bin-Hardono. 2010. Reformasi Akuntansi: Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi. Asgard Chapter. Edisi pertama. Fb: akuntamatika@yahoo.com

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al Qur’an & Akuntansi: Menggugah Pikiran Mengetuk Relung Qalbu. ABPublisher. Edisi pertama. Fb: akuntamatika@yahoo.com

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (1) Asal-usul Debet Kredit. 31 Agustus. Website: http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/31/al-quran-akuntansi-1-asal-usul-debet-kredit/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (2): Sistem Pencatatan Berpasangan. 7 September. Website: http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/07/al-quran-akuntansi-2-sistem-pencatatan-berpasangan/

Sony Warsono-bin-Hardono. 2012. Al-Qur’an & Akuntansi (3): Bahasa Bisnis yang Seharusnya. 14 September. Website: http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/14/al-quran-akuntansi-3-bahasa-bisnis-yang-seharusnya/

(20 Sept 2011; 18.00 – 20.30, Argo Parahyangan menuju Jakarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline