Lihat ke Halaman Asli

Dulu Pingin Awet Muda, Sekarang Pingin Awet Tua

Diperbarui: 8 Maret 2016   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : www.shutterstock.com"][/caption]

Setiap orang pasti mengidamkan awet muda. Apalagi mereka yang masuk usia tiga puluh atau empat puluh, bahkan lima puluh sekalipun. Mereka ingin kelihatan selalu muda, kalau bisa jangan sampai menjadi tua. Ada banyak cara dilakukan oleh manusia agar awet muda. Ada yang mengkonsumsi obat2an atau ramuan tertentu. Ada yang rajin berolah raga setiap hari, ditempat umum maupun di gym. Ada yang menjalani pola hidup tertentu. Berdandan dan merias diri agar terlihat cantik dan gagah (keluar masuk salon). Bahkan ada yang memilih melakukan operasi agar tampak lebih muda.

Tapi sehebat apapun kita berusaha untuk tetap awet muda, kenyataan mengatakan bahwa kita semua pasti akan menjadi tua, cepat atau lambat. Jadi masalahnya adalah soal waktu, dipercepat atau diperlambat.

-----------------------------------------------------

Tanpa terasa, sekarang saya sudah memasuki usia kepala enam. Masa muda ternyata sudah lewat bagi saya. Yang saya idam2kan dulu, agar bisa awet muda, pupus sudah. Saya harus menerima kenyataan ini, menjadi tua pada akhirnya.

Walaupun begitu ada satu hal yang saya syukuri sampai saat ini, yaitu hasil dari menjaga kesehatan diwaktu muda dulu, membuat saya selalu sehat walafiat. Buktinya, saya tidak pernah masuk rumah sakit, jarang pergi ke dokter (kecuali beberapa kali ke dokter mata dan gigi) dan hampir tidak pernah ke apotik untuk beli obat atau ke lab untuk check ini dan itu.

Beberapa hal perlu saya sebutkan disini, sebagai pembanding mengapa saya dulu bisa hidup sehat, kecuali kadang2 demam, flu, batuk atau pilek. Saya tidak pernah merokok dan minuman keras seumur hidup. Narkoba dan ganja belum populer saat saya muda dulu. Jajan atau makan diluar jarang sekali saya lakukan. Pola hidup jaman dulu, selalu makan dirumah, apalagi di pedesaan/kota kecil tempat saya tinggal.

Dengan bekal kesehatan ini, saya akan terus berusaha menjalani hidup sehat sampai nanti pada akhirnya. Tapi sekarang saya juga menyadari bahwa kesehatan itupun tidaklah abadi. Cepat atau lambat, kesehatan itu akan menurun, sejalan dengan menurunnya kinerja organ2 didalam tubuh ini.

Untuk ini, saya sudah menyiapkan satu jurus kehidupan yang lain, yaitu hidup bahagia. Jadi seandainya nanti kesehatan saya sudah tidak memungkinkan lagi untuk menjalani hidup dengan layak, saya masih ada harapan untuk hidup dengan kebahagiaan. Dan ini harus dirintis sedini mungkin. Caranya adalah dengan hidup sederhana, jauh dari benci, dengki dan iri hati. Dengan hidup sederhana, kita juga akan lepas dari keterikatan dan kemelekatan materi dan duniawi.

Jadi kalau dulu, kita berusaha awet muda, dengan harapan semoga sehat, sekarang setelah tua, kita berusaha untuk awet tua, dengan harapan semoga hidup bahagia.

Tulisan ini sengaja saya buat dengan singkat dan ringkas, tanpa keterangan dan perincian tentang bagaimana menjalankan hidup sehat dan bagaimana menjalankan hidup bahagia. Hal penting yang ingin saya sampaikan disini adalah 'hidup sehat' dan 'hidup bahagia'. Kalau kita bisa mendapatkan kedua hal tersebut dalam hidup ini, kita boleh berbangga hati karena kita telah mendapatkan segalanya tentang kehidupan didunia ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline