Jika saya ditanya siapa Presiden Indonesia terbaik di era Reformasi yang bermula pada 1998, saya bisa menjawab yakin: Bacharudin Jusuf (BJ) Habibie.
Alasannya adalah di tengah situasi ekonomi yang porak poranda dan iklim politik yang berwatak demokrasi semu (pseudo-demokrasi), Habibie hanya dalam masa kepemimpinannya yang singkat (20 Mei 1998 - 20 Oktober 1999) berhasil menorehkan banyak legacy untuk demokrasi maupun ekonomi.
Pembebasan tahanan politik, kebebasan pers, kebebasan membentuk partai politik, penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) yang demokratis, dan pemulihan ekonomi dengan menstabilkan nilai tukar rupiah dari kisaran Rp15.000 per dolar AS menjadi Rp 6.500 hanyalah beberapa contoh.
Kemudian, jika saya kembali ditanya siapa Wakil Presiden Indonesia terbaik di era Reformasi, saya akan menjawab: Jusuf Kalla atau akrab dipanggil JK, baik saat mendampingi Presiden SBY maupun Presiden Joko Widodo.
Prestasi monumentalnya saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah berperan penting dalam resolusi konflik di berbagai wilayah, seperti Aceh dan Poso.
Sedangkan di bidang ekonomi, JK ikut andil dalam menuntaskan kasus Bank Century. JK juga yang berhasil memuluskan transisi konsumsi energi masyarakat dari minyak tanah ke LPG dengan program distribusi tabung gas 3 kilogram alias 'gas melon.'
Kemudian, saat mendampingi Presiden Joko Widodo, JK ikut membantu penyelesaian kasus 'perseteruan' Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) versus Polri yang terkenal dengan kasus 'cicak vs buaya'.
Kala itu, demi memecahkan kevakuman kepemimpinan KPK akibat kasus yang terjadi ketika pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla baru berjalan dua bulan, yang mana dua pimpinan KPK menjadi tersangka, JK menghubungi Taufiqurrahman Ruki untuk mengisi posisi Pejabat Sementara Ketua KPK.
Menurut Ruki, dia dihubungi JK yang mengatakan "Kau yang memulai, kau yang harus mengakhiri' (seperti dikutip dari Majalah Tempo, 'Aduh, Ruki', 14-21 Desember 2015). Maksudnya, Ruki sebagai Ketua KPK pertama yang mengawali KPK kini harus bersedia menyelamatkan KPK dengan menjadi Pejabat Sementara Ketua KPK.
Lantas, apakah persamaan kedua tokoh di atas? Keduanya berasal dari Sulawesi Selatan. Habibie lahir di Pare-Pare dan berasal dari etnis Bugis-Gorontalo, sementara JK merupakan putra asli Watampone.