Lihat ke Halaman Asli

Hubungan Prabowo Jokowi Tak Seperti SBY Mega

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama satu dekade, hubungan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri selalu memanas. Keduanya bahkan sudah tidak bertemu dalam waktu yang lama.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir pemerintahan ke depannya akan diwarnai dengan tensi politik yang sama. Menurutnya, hubungan antara Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto dengan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan berlangsung baik sesuai dengan kondisi politik yang berkembang. "Saya kira kita tidak akan seperti itu, kita juga melihat situasi saja, situasional saja," kata Fadli di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (15/10/2014). Wakil Ketua DPR RI itu juga mengatakan bahwa situasi yang terjadi juga berbeda karena putri presiden pertama Indonesia itu selalu menolak ajakan bertemu dari SBY. "Nggak dong, kan SBY-Mega, SBY jadi presiden, nah kalau ini tidak, tidak ada kaitannya, jadi saya kira selama 10 tahun, Bu Mega tidak pernah mengikuti atau memenuhi undangan dari SBY," tandasnya

Sejak ditetapkan sebagai Presiden RI terpilih, Joko Widodo (Jokowi) belum terlihat menemui lawannya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Memang, baik Prabowo maupun Jokowi belum ada yang berinisiatif untuk melakukan rekonsiliasi.

Padahal saat Pilpres berlangsung keduanya bersaing sengit untuk bisa memangku kekuasaan periode 2014-2019. Spekulasi bermunculan, mungkinkah hubungan keduanya bakal seperti para pendahulunya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri yang terlihat kurang harmonis? Pengamat politik asal Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan memilih untuk memandang sikap keduanya secara positif.

"Saya kira pada akhirnya akan terjadi rekonsiliasi, sekarang karena tim Prabowo masih memproses gugatannya," ujarnya kepada Okezone, di Jakarta, Kamis (4/9/2014) malam. Namun, Bakir menilai perlu adanya sikap toleran dan rendah diri di antaranya keduanya, baik itu yang pemenang pilpres maupun yang kalah. Pasalnya, hubungan keduanya harus menjadi contoh di masyarakat sebagai bentuk kenegarawanan. "Yang menang merangkul yang kalah dan yang kalah mau dirangkul, minimal mengakui kemenangan lawan," tuturnya. Seperti diketahui, sejak MK memutus perkara PHPU Pilpres secara otomatis memantapkan Jokowi sebagai presiden terpilih, namun Prabowo hingga kini belum mengucapkan selamat kepada Jokowi, berbeda dengan wakilnya, Hatta Rajasa yang lebih dulu mengucapkan selamat atas keterpilihan Jokowi dalam sebuah pertemuan di kediaman Ketua Partai NasDem, Surya Paloh. Jokowi pun sebagai presiden terpilih tidak berniat untuk melakukan rekonsiliasi dengan Prabowo. Pasalnya saat disinggung mengenai hal tersebut ia sempat mengaku tidak ada masalah dengan Prabowo sehingga tidak perlu melakukan rekonsiliasi. Ke depan, akankah hubungan keduanya seperti Mega dan SBY? Tinggal nanti dilihat siapa yang paling rendah diri untuk memulai rekonsiliasi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline