Dalam mayoritas kehidupan keluarga Indonesia, sistem patriarki telah menjadi fenomena yang 'lumrah' dalam sebuah keluarga. Hal ini berarti sosok ayah memiliki peran dominan dalam sebuah keluarga, termasuk dalam pendidikan anak, yang berarti ayah menentukan anaknya untuk masuk sekolah apa dan menjadi apa dikemudian hari. Namun bagaimana dengan peran seorang ayah dalam membangun karakter dan mendidik anak dalam sebuah keluarga? Ada istilah bahwa ' seorang ayah memiliki suara emas'. Istilah tersebut muncul karena karakter seorang ayah yang tidak banyak bicara seperti seorang ibu, tapi ketika seorang ayah memerintah anak untuk melakukan sesuatu atau bahkan sekali saja ayah memarahi anak, maka seorang anak akan cenderung menurut dan takut.
Berbeda dengan seorang ibu yang cenderung banyak berbicara kepada anak, maka sosok ibu menjadi sosok yang lebih bersahabat bagi anak, maka anak lebih dekat dengan seorang ibu namun ia cenderung lebih canggung atau bahkan takut pada seorang ayah. Karakter pendidikan anak yang utama adalah keluarga, dan sosok seorang ayah ataupun ibu memiliki peran yang sama pentingnya bagi perkembangan seorang anak. Stigma yang terbiasa mengatakan bahwa tanggung jawab ayah adalah menafkahi keluarga sedangkan ibu mendidik anak dan mengurus rumah tangga harus mulai diubah.
Pendidikan anak dari keluarga tidak bisa hanya dilakukan dari satu sisi saja, baik dari ayah atau pun ibu saja. Dan kunci dari mendidik anak dari usia dini adalah komunikasi. Yang banyak terjadi dalam sebuah keluarga, ibu cenderung mendominasi komunikasi dengan seorang anak, hingga antara ibu dan anak mampu tercipta komunikasi dua arah, hal ini yang menyebabkan seorang anak lebih nyaman untuk menceritakan segala sesuatunya dengan seorang ibu. Sedangkan komunikasi dengan ayah biasanya hanya tercipta komuniksi satu arah, artinya ayah menanyakan sesuatu, maka anak menjawab, ayah memerintah sesuatu anak melakukan. Tidak ada komunikasi dua arah yang terjalin antara ayah dengan anak.
Hal tersebut biasanya terjadi ketika anak mulai menginjak usia remaja, yaitu usia belasan tahun. Namun, ketika seorang anak menginjak usia balita (bawah lima tahun), ia merupakan sosok anak yang sangat dekat baik kepada ayah dan ibunya. Ia pula menjadi sosok yang sangat bergantung kepada ayah dan ibunya. Menginjak usia-usia dini, seorang anak akan mampu merasakan perhatian atau kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia akan memiliki kecenderungan untuk dekat kepada salah satu sosok yang lebih banyak berbicara padanya, lebih banyak memperhatikan atau bahkan bermain dengannya. Entah itu ayah atau ibunya. Bukan bermaksud meng-genalisir, namun bagi sebuah keluarga yang seorang ibu adalah ibu rumah tangga, maka otomatis seorang anak akan lebih dekat dengan ibu. Setelah itu, yang terjadi adalah kontinuitas dari sedikit komunikasi yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak.
Hal inilah yang perlu diperhatikan dalam sebuah keluarga. Sosok ayah, sesibuk apapun, harus mampu menjaga komunikasi dan meluangkan waktunya kepada anak, apalagi ketika anak mulai memasuki usia sekolah.
Pendidikan karakter yang diberikan pada orang tua baik dari ayah maupun ibu akan memberikan penguatan karakter yang saling melengkapi dalam diri anak. Dari cara mendidik seorang ibu, anak akan lebih belajar tentang kepekaan rasa, saling toleransi, percaya diri dan memiliki empati yang tinggi. Sedangkan dari seorang ayah, anak belajar untuk bertanggung jawab, berani, realistis, pekerja keras bahkan mudah bergaul di lingkungan yang lebih luas. Jika ibu cenderung 'tidak tega' dan akan menuruti semua keinginan anaknya, maka ketegasan ayah disini sangat diperlukan dalam mendidik anaknya agar tidak manja.
Jika sosok/ peran ayah hilang atau tidak memberikan kontribusi dalam mendidik karakter seorang anak dari usia dini, maka anak akan cenderung untuk mencari tempat lain yang membuat ia nyaman, dalam usia belasan tahun, ia akan cenderung untuk banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman sebayanya. Hal ini tentu perlu menjadi 'warning' bagi orang tua, karena ketika anak memasuki usia remaja sedangkan pergaualannya semakin luas, maka besar kemungkinan anak akan terpengaruh dengan lingkungan pergaulannya. Tentu saja tidak semua lingkungan pergaulan anak berpengaruh negatif, pasti ada sisi positif dan negatif dari pergaulan anak dengan teman sebaya atau lingkungan barunya. Disinilah kontrol orang tua diperlukan untuk mengontrol anak dari kemungkinan pengaruh negatif dri lingkungan di luar rumahnya.
Dalam Islam sendiri di ajarkan bahwa ayah memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak. Di dalam Al Qur'an terdapat 17 dialog yang mengajarkan mengenai pengasuhan anak yang terdiri atas 14 dialog antara ayah dengan anak, 2 dialog antara ibu dengan anak, dan satu dialog antara guru dengan anak Hal ini menunjukkan bahwa ayah memiliki pengaruh yang luar biasa bagi pengasuhan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H