Selamat Jalan Moses, Perjalanan Hidup Sekejap yang Menginspirasi
Oleh: Suyito Basuki
Saat melakukan perjalanan ke Jepara Jumat 11 Oktober 2024 yang baru lalu, masih di Semarang, saya mendapat kabar bahwa Moses, yang memiliki nama lengkap Christian Moses Natanael meninggal dunia karena sebuah kecelakaan motor. Saya yang sedang dalam kondisi menyetir mobil tiba-tiba sedikit merasakan sebuah kekosongan. Kepala saya sandarkan di jok, mata melihat lurus ke depan, di kegelapan malam, wajah Moses remaja 16 tahun itu terbayang.
Tiba-tiba kesadaran kuat muncul supaya berhati-hati memegang setir kendaraan. Di daerah Sukun Semarang, berkisar jam 20.00, kendaraan, motor, mobil, besar kecil lumayan padat melintas ke arah Semarang dan sebaliknya ke arah Ungaran. Memasuki tol Tembalang, saya bercakap dengan istri dan dengan dua anak kami, berbincang berita duka yang baru kami dengar itu benar apa tidak?
Sedang Naik Daun
Moses sebagai remaja yang memiliki potensi bakat menyanyi dan bermusik menurut info saat ini sedang naik daun. Tidak saja dia aktif menyanyi di gereja, tetapi juga aktif menyanyi mengikuti lomba-lomba, baik lomba lagu pop maupun tradisional.
"Sekarang ini sebenarnya saatnya dia memetik hasil dari latihan-latihan vokalnya sejak kecil," demikian keterangan seorang rekan yang melatih vokal Moses saat usia kanak.
Perasaan kehilangan juga dirasakan tidak saja oleh pihak rekan-rekan remaja gerejanya tetapi juga oleh teman-teman sekolahnya juga. Kesan-kesan yang disampaikan, Moses adalah anak yang sabar dan baik hati serta memiliki potensi besar dalam olah vokal dan bermain musik. Moses yang adalah anak semata wayang keluarga Ristiyanto dan Nuning ini adalah berkat yang terindah selama ini. Di tengah keluarga, kehidupan anak remaja ini selalu menyukakan hati kedua orang tuanya itu.
Perjalanan Mengikuti Lomba
Sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Pesparawi Daerah (LPPD) Kab. Jepara, sekaligus pendeta jemaat tempat Moses bergereja, saya merasakan kehangatan hubungan kami. Ketika keluarga Ristiyanto dan Nuning mengadakan acara menamakan anak mereka yang kemudian dipanggil akarab 'Moses' itu 16 tahun yang lalu, saya bersama istri dan tetangga sekitar diundang untuk menjadi saksi dan mendoakannya.
Saat Moses kanak-kanak mengikuti ibadah Sekolah Minggu, kami mengikuti perkembangan anak itu. Kebetulan juga istri ikut mengajar Sekolah Minggu pada waktu itu.