Lihat ke Halaman Asli

Suyito Basuki

TERVERIFIKASI

Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Kreak Semarang, Kultur Kekerasan yang Perlu Diwaspadai

Diperbarui: 27 September 2024   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Radar Semarang - Jawa Pos

Kreak Semarang, Kultur Kekerasan yang Perlu Diwaspadai

Oleh: Suyito Basuki

Istilah 'kreak' merebak di daerah Semarang Raya, yakni Kodya Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal, Salatiga dan sekitarnya.  Istilah ini menjadi buah bibir masyarakat atas tanggapan kejahatan remaja yang seperti jamur tumbuh di musim penghujan di lingkungan Semarang Raya.

Sejak video viral tawuran remaja di Jl. Dr. Cipto Semarang beberapa waktu lalu, dimana di video yang sudah beredar luas para remaja yang tawuran itu menggunakan senjata tajam, jenis clurit panjang  yang diacung-acungkan ke arah lawan. Kemudian peristiwa seperti berturutan terjadi, hampir mirip, hanya lokasinya lain saja.

Di Bandungan yang masuk wilayah Kabupaten Semarang juga terjadi tawuran antaranak sekolah.  Mereka masih SMP tetapi di antara mereka ditemukan oleh polisi clurit panjang dan senjata lain yang berbahaya.

Terjadi juga kemudian arak-arakan bermotor remaja di malam hari yang mengacung-acungkan senjata mirip clurit panjang di daerah Babadan yang masuk wilayah Kabupaten Semarang.  Tentu saja hal itu membuat miris para pengguna jalan.

Belum lama juga ada berita bahwa di jalur Tuntang ke arah Bringin juga ada kelompok remaja bersenjatakan tajam yang membahayakan pengguna jalan.  Jalan Tuntang arah Bringin dan sebaliknya itu adalah jalan alternatif jika ingin menghindari kemacetan di Semarang.  Jika orang mau melakukan perjalanan ke Jepara misalnya, bisa melewati jalur ini.  Dari Tuntang - Bringin - Kedungjati - Gubug  - Demak - Jepara.  Perlu diketahui bahwa jalur ini banyak ruas jalur jalan yang sepi karena melewati hutan jati.

Kreak versus Korea

Istilah 'kreak' sebagaimana dijelaskan oleh https://radarsemarang.jawapos.com, sebenarnya awalnya menunjuk kepada gaya hidup yang sok-sokan atau sombong padahal mereka, kebanyakan anak muda itu adalah orang-orang yang memiliki taraf ekonomi yang tidak mampu.   

Mereka tampil dengan fashion yang populer, berpakaian seperti orang-orang kota besar, baik warna yang mencolok maupun modelnya.  Selain itu mereka meniru potongan rambut celebritis ternama dan mengikuti trend yang sedang viral.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline