Es Pung-pung, Bikin Anak Terjaga dari Tidurnya
Oleh: Suyito Basuki
Salah satu es krim tradisional yang kami kenal sejak tahun 1970-an adalah Es Pung-pung. Mungkin di daerah lain bisa disebut dengan nama Es Dung-dung atau bahkan muncul dengan nama lainnya.
Cara berjualannya, si bapak penjual es bertopi laken, dengan gerobak dorong yang ditangkai dorongnya tergantung sebuah bilah alat musik jawa bonang. Sambil mendorong gerobaknya, si bapak penjual akan memukulkan tabuh yang terbuat dari tangkai mambu yang dilapisi ban dalam sepeda. Sehingga menghasilkan bunyi "Pung-pung...pung-pung...pung...pung..."
Bunyi itu khas sekali, sehingga anak-anak di kampung saya, Karang Kumpul Kecamatan Semarang Selatan, kampungnya bu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sri Mulyani hehehe...langsung bisa mengenali bahwa penjual es pung-pung lewat. Anak-anak yang sedang tidur siang pun menjadi terjaga gara-gara bunyi "Pung-pung" tadi.
Saya lupa berapa harganya ya waktu itu? Tetapi soal rasa tidak lupa. Rasanya legendaris banget. Rasa gurih kelapa, manis dingin...maknyes di bibir dan tenggorokan.
Membuatnya Diputer
Saat saya sekolah pendidikan guru di Salatiga, pada tahun pertama tinggal di rumah budhe. Budhe memiliki rumah sewaan buat pedagang di pasar. Rumah sewaan sekaligus untuk tempat tinggal keluarga budhe itu disebut Pondok Boro. Rumah sewaan harian itu terdiri dari banyak kamar-kamar sederhana. Tempat tidur berupa dipan beralaskan tikar. Kamar hanya disekat dengan gedhek atau dinding anyaman bambu. Salah seorang pedagang yang menyewa itu adalah pedagang es pung-pung. Dari pedagang itulah saya jadi tahu bagaimana es pung-pung itu dibuat secara sederhana pada waktu itu.