Lihat ke Halaman Asli

Suyito Basuki

TERVERIFIKASI

Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Tidak Sekedar Hafal tapi Butuh Implementasi Sila-Sila Pancasila

Diperbarui: 1 Juni 2024   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burung Garuda berisi lambang Sila-sila Pancasila (Kompas.com)

Tidak Sekedar Hafal tapi Butuh Implementasi Sila-Sila Pancasila

Oleh: Suyito Basuki

Suatu ketika, dalam acara Natal Nasional tahun di Tondano Sulawesi Utara, 2016 Presiden Joko Widodo yang sering disebut Jokowi bertanya kepada seseorang yang maju ke depan dan mengaku sebagai petani.  Kepadanya Jokowi meminta menyebutkan sila-sila Pancasila.  Meski mantap menjawabnya, bapak petani ini menyebut sila-sila Pancasila dengan salah.  Orang-orang melihatnya tertawa, juga Presiden Jokowi. (https://www.youtube.com/watch?v=0n4TlvLqdNk)

Tidak sekali atau dua kali Presiden Jokowi bertanya seperti itu.  Belum lama ini di dalam forum peringatan Banser NU, Presiden Jokowi juga bertanya.  Seorang wanita anggota banser mengacungkan jari dan kemudian maju menjawab tantangan Presiden Jokowi tersebut.

 

Sejarah Lahirnya Pancasila

Apa yang dilakukan Presiden Jokowi dengan bertanya perihal Pancasila ini semata-mata untuk mengingatkan kita semua bahwa negara Republik Indonesia ini telah memiliki dasar bernegara yakni Pancasila.  Untuk melangsungkang kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan maka pemahaman dan pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara itu memang wajib hukumnya untuk dilakukan.

Berdasarkan laman https://www.djkn.kemenkeu.go.id dijelaskan kronologi lahirnya Pancasila.  Sejarah panjang lahirnya Pancasila sebagai dasar negara dimulai dengan adanya Sidang Kedua BPUPKI.  Pada sidang tersebut Presiden RI pertama Soekarno menyampaikan pidato yang berjudul "Lahirnya Pancasila."  Beliau menyampaikan konsep Pancasila 1 Juni 1945.

Dalam sidang itu Presiden Soekarno menyampaikan bahwa Pancasila berasal dari kata "panca" yang berarti lima dan "sila" bermakna prinsip atau asas.  Presiden Soekarno menyebutkan sila pertama "kebangsaan", sila kedua "internasionalisme dan perikemanusiaan", sila ketiga "demokrasi", sila keempat "keadilan sosial",  dan sila kelima "ketuhanan yang Maha Esa".

Setelah secara aklamasi konsep itu diterima, maka dilakukanlah penyempurnaan rumusan Pancasila tersebut.  Hal ini juga berkaitan dengan Undang-undang Dasar yang akan dibuat yang akan memakai kelima asas tersebut menjadi landasannya.  Oleh karena itu lembaga yang bernama Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk sebuah Panitia Sembilan yang di dalamnya beranggotakan: Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokrosoeyoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr.  AA Maramis, dan Achmad Soebardjo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline