Ketika Sutradara Hanung Bramantyo Memfilmkan RA Kartini
Oleh: Suyito Basuki
Hanung Bramantyo merelease film Kartini tahun 2017. Film ini, tidak jauh berbeda dengan film Kartini sebelumnya yang menceritakan Kartini yang dipingit, Kartini yang memiliki cita-cita emansipasi bagi bangsanya dan aktivitas Kartini dalam mendirikan sekolah gadis untuk mewujudkan cita-citanya itu.
Hanya saja film yang dibintangi Dian Sastro ini memilih angle bagaimana Kartini yang digambarkan memiliki sikap pemberontak dalam menyikapi ibu kandungnya, Ngasirah yang seorang pribumi mendapat perlakuan diskriminatif di dalam kalangan keluarganya.
Hanung Bramantyo sebagai sutradara film, pada tahun 2014 dalam rangka melakukan studi tentang Kartini, datang ke Jepara, berkunjung ke pendapa kabupaten Jepara untuk melihat tempat pingitan Kartini dan hal lain yang terkait dengan Kartini.
Yang mengejutkan bagi kami, Hanung Bramantyo berkunjung ke gereja kami, GITJ Kedungpenjalin Jepara. Sekedar informasi saja bahwa gereja kami termasuk gereja yang tertua usinya di antara gereja-gereja yang ada di kota atau Kabupaten Jepara.
Meski gereja kami memiliki sejarah sebagai gereja yang mandiri, karena mendirikan gereja dan menyiapkan lahan secara mandiri oleh pribumi, tetapi dalam hal pengajaran rohani, berhutang budi kepada seorang missionaris Belanda yang bernama Pieter Jansz dari zending mennonit Belanda Doops Zending Vereeniging (DZV) yang membaptis Pasrah Karso pendiri gereja kami 24 Februari 1858.
Menurut buku Tata Injil di Bumi Muria: Sejarah Gereja Injili di Indonesia: Gereja Jawa Muria, Pasrah Karso setelah melalui berbagai usaha, akhirnya menemukan sebuah tempat di desa Karanggondang dan mulai menyiapkan lahan perkampungan serta mendirikan jemaat Kristen di tahun 1859 dengan nama Gereja Jawa Muria Kedungpenjalin. (h. 98) Pembangunan gedung gereja yang sudah dirintis sejak tahun 1881, akhirnya mencapai penyelesaiannya dan diresmikan pada tanggal 13 Oktober 1895. Di gedung gereja ini , Pdt. Johan Hubbert missi dari Rusia dapat mengajar 130-150 orang pendengar. (h. 104)
Singgungan dengan Nasrani?
Hanung Bramantyo saat berkunjung ke gereja kami, setelah bertanya ini itu, lalu bertanya kepada saya,"Apakah Kartini dulu mempunyai guru rohani dari gereja ini?" Saya jawab, bahwa saya tidak tahu akan hal itu. Saya sampaikan yang saya tahu adalah informasi bahwa Kartini remaja pernah datang ke gedung gereja kami saat menemani ayahandanya Bupati Jepara R.M. Adipati Sosroningrat pada waktu gereja punya acara peresmian gereja kami dan kemungkinan besar sekaligus acara penahbisan pendeta Johan Hubbert sebagai pendeta missi di gereja Kedungpenjalin.
Sementara ini, satu-satunya sumber yang saya dapatkan yang menyatakan bahwa Kartini remaja pernah datang ke gereja kami adalah dari buku: Panggil Aku Kartini Saja karangan Pramoedya Ananta Toer. Dikisahkan dari buku itu, setelah Kartini bebas dari pingitan, maka Kartini diajak ayahandanya dengan naik kereta pergi ke Kedungpenjalin untuk menghadiri sebuah acara gereja. Pramoedya Ananta Toer menulis cukup rinci akan hal ini: