Nyanyi dan Joged Kemerdekaan di Kampungku
Oleh: Suyito Basuki
Di kampung tempat saya tinggal sekarang, Desa Karanggondang RT 01/ RW 01 Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara ini cukup unik, khususnya perihal hiburan. Mungkin karena masyarakatnya banyak disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari meubelan dan lain-lain atau karena pengaruh kehidupan pantai, karena kampung kami dekat dengan pantai, hiburan untuk menghilangkan kepenatan adalah sesuatu yang diharapkan.
Oleh karenanya tirakatan menjelang hari kemerdekaan seperti tadi malam dirayakan dengan mendirikan panggung hiburan dengan warganya sebelumnya beriuran secara suka rela. Kebetulan, di RT kami ada 1 orang warga dan 2 perusahaan meubel dengan omset yang lumayan yang mendukung acara panggung hiburan tersebut. Seperti sambutan Pak RT semalam, di RT kami ini, dimana Lurah sebelumnya tinggal di wilayah ini, panggung hiburan selalu diadakan setiap tahun malam tirakatan 17-an. Kata Pak RT, Samuel Muryono, potensi warga menyanyi dan berpentas seni wajib dipertunjukkan. Beberapa tahun sebelumnya, saya diminta untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, waktu itu lakon yang dipilih,"Wisanggeni Lahir."
Nyanyi Joged Bersama
Acara tirakatan di RT kami dimulai dengan doa dan kemudian disambung dengan menyanyi Indonesia Raya. Setelah itu ada sambutan-sambutan. Selesai sambutan-sambutan, nyanyi-nyanyi dan joged-joged oleh warga dilakukan. Semalam mengundang organ tunggal dan dua orang penyanyi, mbak Dian dan mbak Ika yang adalah penyanyi profesional. Saya tanya kepada Pak RT biaya keseluruhan 1 paket panggung, pemain musik, penyanyi dan sound sistem 2,5 juta. "Ini khusus harga untuk tirakatan kemerdekaan, kalau untuk acara umum, berkisar 3 juta." Demikian ujar Pak RT yang saat memberikan sambutan terlihat penuh semangat.
Ternyata tidak hanya di wilayah RT kami, RT sebelah pun juga diadakan acara yang sama. Jadi suara nyanyian dan tabuhan musik itu seperti sebuah pertarungan di udara. Seolah satu dengan yang lain acara berebut masuk ke telinga.
MC acara, Pak Slamet, memanggil nama-nama warga untuk naik ke panggung untuk tarik suara. "Ayo bapak ibu silakan menampilkan suara emasnya, akan ada saweran dari bu Lina," demikian Pak Slamet dengan suara khasnya yang bertenaga. Bu Lina bersama suaminya, Pak Mulyono Tunggala memiliki usaha meubel yang cukup lancar. Mereka inilah yang setiap tahunnya memberi dukungan pada acara-acara tirakatan di wilayah RT kami. Bu Lina ternyata sudah menyiapkan tumpukan uang, baik lembar 2 ribuan, 10 ribuan, 20 ribuan dan 50 ribuan yang akan digunakan sebagai saweran. Juga saya lihat, mbak Nik penjual ikan laut menyiapkan uang saweran juga.
Jadilah kemudian warga bersemangat untuk menyanyi dan berjoget riang ria. Saya pun kemudian dipanggil MC untuk menyanyi. Saya menyanyi beberapa lagu bersama bu Lina. Lagunya dipilih antara lain lagu dangdut "Nyeleweng"...ada salah satu liriknya:"aku mau pergi ke tempat Pak Lurah, karena di sana ada rapat kerja/ bang aku tahu bang, kau mau pesta, bersama dengan anak Pak Lurah itu/ Jangan kau menyangka yang bukan-bukan/ Kalau kau nyeleweng kuhaturkan ibu... Waduh! Menyanyikan lagu itu dan beberapa lagu lainnya, saya menerima banyak saweran. Saweran itu kemudian saya bagikan kepada anak-anak usia SD yang mengikuti tirakatan dan sesekali ikut berjoget bersama orang tua mereka malam itu.
Membangkitkan Potensi Seni