Antisipasi Aksi Penjambretan
Oleh: Suyito Basuki
Di kampung kami, di daerah Ambarawa seorang ibu berteriak: jambret...jambret! Mendengar teriakan itu, orang-orang yang ada di dalam rumah langsung keluar ke arah suara dan mengejar motor orang yang diteriaki sebagai jambret. Tetapi usaha mengejar itu sia-sia, karena mengejarnya dengan berlari, sedangkan si jambret menggunakan motor melaju dengan kecepatan tinggi.
Pada akhirnya aksi pengejaran itu usai tanpa hasil apa-apa. Rasa kecewa, marah, sedih mengharu biru pada ibu korban penjambretan dan orang-orang kampung. Ibu itu sedih karena kalung seberat 8 gram terpaksa raib dirampas paksa oleh tukang jambret. Sebelumnya di kampung kami juga ada korban penjambretan, seorang ibu dengan terpaksa merelakan kalungnya seberat 15 gram diambil oleh penjambret yang juga bermotor. Ironisnya, peristiwa itu di dekat rumah ibu itu sendiri.
Kisah-kisah Penjambretan
Muncul kisah-kisah penjambretan, utamanya dari sisi korban. Masih juga di daerah Ambarawa, ada kisah dua orang ibu pulang dari pasar, tanpa sadar dikuntit oleh dua orang pengendara motor yang ternyata tukang jambret. Ibu yang menggonceng motor, saat tas yang dibawa mau direbut, dipertahankan. Tetapi sial, ibu tersebut malah terjatuh. Saat ibu itu terjatuh itulah, maka kalung berikut tas yang dipertahankan ibu itu akhirnya berpindah tangan ke tangan penjambret. Alhasil kalung dan uang senilai kurang lebih 2 juta amblas dibawa lari tukang jambret tersebut.
Ibu saya sendiri hampir menjadi korban aksi penjambretan ini. Ibu saya saat itu menjadi pedagang sayur dan kebutuhan-kebutuhan dapur lainnya. Ibu saya berdagang di Pasar Sampangan Semarang. Setiap hari, sekitar jam 03.00 pagi ibu saya dengan diantar adik pergi ke Pasar Johar untuk belanja atau kulakan. Sampai di daerah sekitar Bojong, tiba-tiba saja ada penjambret yang berusaha mengambil tas ibu saya. Ibu saya tidak mau melepas tas yang berisi uang kulakan itu begitu saja, melainkan dia berusaha untuk mempertahankannya. Akhirnya ibu saya jatuh, tas berhasil diselamatkan. Mungkin karena situasi kurang menguntungkan, penjambret itu langsung kabur. Meski ibu saya bisa menyelamatkan tasnya, namun kecelakaan akibat jatuh itu menyebabkan ada sedikit persoalan tulang pinggulnya, sehingga sampai sekarang kalau berjalan tidak bisa tegak sebagaimana semula.
Kesulitan Pekerjaan atau Profesi?
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2021 sebesar 6,26 persen, turun 0,81 persen poin dibandingkan dengan bulan Agustus 2020. Penduduk yang bekerja sebanyak 131,06 juta orang, meningkat sebanyak 2,61 juta orang dari Agustus 2020. Menurut catatan BPS juga, terdapat 19,10 juta orang (9,30 persen penduduk usia kerja) yang terdampak Covid-19. Terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (1,62 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,65 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,11 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (15,72 juta orang). (bps.go.id 5 Mei 2021)
Secara umum memang disadari bahwa akibat covid-19 ini banyak orang yang kesulitan mendapatkan pekerjaan. Kemungkinan karena hal inilah maka kemudian marak berbagai macam kejahatan termasuk penjambretan di dalamnya. Namun hal ini masih perlu pengkajian, karena agak sulit juga jika seseorang yang awam, hanya gara-gara tidak memiliki pekerjaan tiba-tiba saja mau melakukan jenis pekerjaan yang menjurus ke kriminal dan perlu keahlian khusus dalam menjalankan pekerjaannya.