R.A. Kartini, Wanita "Extra-Ordinary"
Oleh: Suyito Basuki
Di Jepara, di kota kami, Raden Ajeng (R.A.) Kartini tokoh emansipasi wanita itu, mendapat penghargaan yang luar biasa. Maklum, tokoh yang menjadi pahlawan nasional itu lahir di kota kami. Penghargaan itu berupa antara lain penamaan tempat-tempat yang menjadi kepentingan publik. Nama Kartini diabadikan menjadi tempat obyek wisata: Pantai Kartini, Museum Kartini, Tugu Selamat Datang Kartini. Selain itu juga digunakan sebagai nama rumah sakit: RSUD Kartini; dipakai pula sebagai nama radio: Radio Kartini dan sebagainya. Selama bulan April sebelum masa pandemi biasanya pemerintah kabupaten Jepara melakukan berbagai acara dalam bentuk lomba-lomba dan juga berbagai pentas seni untuk meramaikan bulan kelahiran R.A. Kartini ini.
R.A. Kartini memang layak mendapat penghargaan. Sebagai wanita pada zamannya, ia adalah seorang wanita yang extra-ordinary, wanita yang kemampuannya di atas rata-rata, seorang wanita yang luar biasa! Kemampuannya berbahasa Belanda dengan lancar sehingga dapat berkorespondensi dengan sahabat-sahabatnya di negeri Belanda, adalah suatu prestasi tersendiri. Terlebih kemampuannya mengkristalisasikan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan wanita di sekitarnya dengan pendidikan yang dapat memajukan derajat wanita pada waktu itu, sungguh suatu pekerjaan yang luar biasa. Sementara para wanita pada masa itu hanya berpikir bagaimana melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga yang tidak memusingkan kemampuan pendidikan dan ketrampilannya, Kartini malah justru berpikir bagaimana cara memintarkan para wanita.
Kerja Keras
Kehidupan Kartini mempertontonkan kerja keras dan tak hirau dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Yang ada dalam pikirannya pada waktu itu, bagaimana ide-idenya untuk kemajuan bangsanya dapat dicapai. Dalam situasi kebangsawanan saat itu, di mana para wanita anak bangsawan menghadapi pingitan dan pendidikan ketat untuk menjaga martabat sebuah keluarga, perjuangan Kartini sangat menakjubkan. Di tengah kesulitan perekonomian warganya, Kartini menjadi influencer bagi pertumbuhan seni ukir di Jepara. Dia mendampingi para pekerja seni tradisional di kotanya dalam berkarya dan mempromosikan hasil karya ukir mereka ke sahabat-sahabatnya dan para pejabat saat itu. Bahkan karya ukir pernah dikirimkan ke Ratu Belanda Wilhelmina sebagai hadiah. Dengan perjuangannya ini, para pengukir Jepara memiliki kehidupan yang lebih layak dari kehidupan sebelumnya yang serba kekurangan.
Kartini juga terkenal dengan karangan-karangannya. Tulisan-tulisannya dalam bahasa Belanda menghiasi beberapa penerbitan berbahasa belanda. Sebuah penerbitan di Belanda Belang en Recht menawarinya untuk menjadi pembantu majalah tersebut, namun sayang, meski Kartini bersedia, tetapi tidak diijinkan oleh ayahandanya Bupati Jepara R.M. Adipati Sosroningrat.
Prestasi Diri
R.A. Kartini lahir di Mayong Jepara, 21 April 1879 atau tahun Jawa 28 Rabiulakhir 1808. Kartini anak dari R.M. Adipati Sosroningrat bupati Jepara dengan pasangan Ngasirah, seorang wanita biasa, anak seorang mandor pabrik gula di Mayong. R.A. Kartini menikah dengan seorang Bupati Rembang R.M. Adipati Ario Djojodiningrat, 8 Nopember 1903. Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904 di Rembang, beberapa hari setelah melahirkan putra kandungnya yang hanya seorang, R.M. Singgih yang kemudian diganti namanya menjadi R.M. Soesalit. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964 yang ditandatangi oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno, memberi gelar sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepada R.A. Kartini.