Lawan Hoaks! Kebangkitan Yesus Bukan Isapan Jempol, Tetapi Sebuah Fakta
Oleh: Suyito Basuki
Benarkah Yesus bangkit dari kubur? Pertanyaan ini adalah wajar dalam dunia yang sudah semakin maju dan modern ini. Ada sebuah novel: The Da Vinci Code menceritakan Yesus tidak mati karena penyaliban. Dengan demikian novel tersebut juga menyangkal kebangkitan dan tentu saja berakibat juga tidak mempercayai keilahian Yesus.
Hoaks Sudah Sejak Dulu Kala
Berita usaha untuk menyangkali kebangkitan Yesus, sejak abad 1 Masehi sudah dikumandangkan. Kitab Injil Matius mencatat penipuan oleh para imam kepala Yahudi tentang kebangkitan Yesus ini. Mereka meminta para prajurit yang menjaga kubur Yesus, dengan menyogok mereka uang, untuk menyampaikan berita hoaks bahwa mayat Yesus dicuri oleh murid-muridnya. Padahal kubur itu ditutup dengan batu besar yang sudah dimeteraikan oleh raja dan ada prajurit yang berjaga-jaga. Bagaimana mungkin para murid bisa menggulingkan batu dan mencuri mayat Sang Guru?
Namun demikianlah, tidak dulu tidak sekarang. Yang namanya berita hoaks selalu ada yang mencipta demi tujuan politik atau tujuan tertentu lainnya. Celakanya, orang lebih menikmati berita hoaks sebagai suatu kebanaran. Mungkin mereka masa bodoh atau malas untuk mencari sumber-sumber kebenaran yang sesungguhnya.
Rasul Petrus dengan tegas menyampaikan pendiriannya: "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya". (2 Petrus 1:16) Rasul Petrus menyatakan bahwa dia adalah "saksi mata dari kebesarannya", dalam hal ini menjadi saksi juga atas kebangkitan Yesus!
Kata 'dongeng-dongeng isapan jempol manusia' dalam bahasa Yunani digunakan satu istilah 'muthos' yang berarti cerita fiktif yang tidak ada kenyataannya. Dalam terjemahan alkitab-alkitab berbahasa Inggris, digunakanlah istilah-istilah: fables, tales, story, myth dan lain-lain. Yang kesemuanya menunjukkan hal-hal yang bersifat tidak nyata. Alkitab bahasa Indonesia LAI menerjemahkan: 'dongeng-dongeng isapan jempol manusia', sebuah istilah yang mudah sekali difahami. Alkitab bahasa Jawa formal LAI menggunakan istilah: 'dongenge wong kang ora nyata'.
Rawa Pening dan Hilangnya Mbah Suta
Di dekat rumah kami, di Ambarawa Kabupaten Semarang, ada sebuah rawa yang disebut Rawa Pening. Menurut dongeng, terjadinya rawa pening itu karena seorang bocah kecil, jelmaan seekor ular besar yang bernama Baru Klinting. Baru Klinting atas petunjuk ayahandanya, bertapa di sebuah bukit supaya bisa berwujud manusia. Saat bertapa, tubuh Baru Klinting ditemukan oleh para pemburu hewan dan dijadikan daging pada acara yang diadakan orang kampung di dekat bukit itu. Baru Klinting kemudian berubah menjadi seorang anak kecil yang berbau anyir tubuhnya.