Dalam film The Passion of The Christ (2004) dipertontonkan betapa menderitanya Yesus menerima penganiayaan dari tentara Romawi sebelum disalibkan.
Tubuhnya berdarah-darah karena terkena hantaman cambuk yang ujungnya berbentuk bola berduri. Tak ajal lagi, ketika cambuk itu disabetkan, maka bola duri itu akan menyayat daging tubuh Yesus sehingga keluarlah darah seperti aliran tirisan air di musim penghujan.
Film The Passion of The Christ sebenarnya hanya ingin menggambarkan penderitan Yesus sebelum disalibkan, meski banyak komentar yang menyatakan film tersebut terlalu berdarah-darah dibandingkan film serupa.
Film The Passion of The Christ ini terinspirasi dari Injil-injil sinoptik, yakni Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes yang menceritakan bagaimana Yesus setelah diadili oleh Pilatus, kemudian diserahkan kepada orang Yahudi untuk kemudian disalibkan. Sebelum disalibkan, Yesus dikisahkan mengalami banyak penderitaan, termasuk hukuman yang berupa cambukan-cambukan.
Injil Matius dan Markus menyebut pencambukan ini dengan kata "disesah". Kata "disesah" dalam bahasa Yunani adalah phragelloo. Dalam alkitab berbahasa Inggris ada yang menerjemahkan "scourge" (King James Version), "flogged" (New International Version), ada juga "flogging." (New Revised Standard Version). Baik kata scourge, flogged maupun flogging memiliki pengertian mencambuk, mendera, menyesah.
Kata Yunani phragelloo juga digunakan pada saat "Yesus membuat cambuk" (Yohanes 2:15). Kata "cambuk" di sini menggunakan kata bahasa Yunani phragellion.
Cambuk Romawi
Cambuk yang digunakan tentara Romawi untuk mencambuk Yesus adalah cambuk Romawi dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau tulang. Pencambukan dapat berakibat fatal (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, 1995, h. 208-209).
Tentu saja cambuk ini berbeda dengan cambuk yang dibuat dan digunakan Yesus saat memarahi para pedagang di Bait Allah (Yohanes 2:15). Cambuk yang digunakan Yesus, tentulah lebih mirip cambuk para gembala di padang, yang mudah dibuat dari akar-akaran atau rumput-rumputan dan tidak melukai binatang yang digembalakan.
Membayangkan saja bagaimana bentuk cambuk yang melukai tubuh Yesus itu mungkin belum cukup. Di Museum Alkitab yang terletak di lantai IV gedung Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) di jalan Salemba Raya no. 12 Jakarta, replika cambuk yang sering dikaitkan dengan peristiwa paskah ini bisa dilihat.