Dibuang Sayang, Catatan Perjalanan Ke Belanda, Tgl. 9 September-21 September 2015
Oleh: Suyito Basuki
Rabu, 9 September 2015 Delegasi Indonesia meninggalkan Indonesia menuju ke Belanda dari Bandara Sukarno Hatta Jakarta dengan pesawat KL8102045. Delegasi Indonesia terdiri dari utusan GKMI (Anielle Immanuel Santosa, Pdt. Nahum Sudarsono, Agus Suyanto, dan Pdt. Wara Adiati Retno Widuri), dan utusan GITJ (Pdt. Suyito Basuki, Mestuti Hadi, dan Ika Maria Magdalena).
Hari Kamis, 10 September delegasi Indonesia tiba di Bandara Schiphol Amsterdam Belanda, dijemput oleh Alle Hoekema dan Henk Stenvers. Setelah makan siang di rumah Gerlof Born, kemudian berkunjung ke situs-situs bersejarah di kota Makkum dan Harlingen. Selain itu juga mengunjungi situs menonit di Pingjum dan Witmarsum.
Kami mengunjungi gereja mennonit tempat Menno Simon, tokoh gerakan mennonit melayani. Gereja itu tidak begitu besar. Di salah bagian gereja, terdapat sebuah tempat sederhana yang digunakan Menno Simon tidur. Tempat ini sekarang digunakan untuk perpustakaan.
Orang yang berkunjung dapat melihat alkitab , kidung dan peralatan ibadah pada saat Menno Simon melayani. Saat ini, gereja tersebut menjadi sebuah museum dan komplek gedung gereja digunakan sebagai restoran dan hotel. Kami kemudian meninjau juga monument yang dibuat untuk menghormati Menno Simon.
Monumen itu berupa tugu yang dibuat di makam Menno Simmon. Usai meninjau situs-situs dan monument, kami dijamu minum teh dan kopi oleh jemaat mennonit di Berlikum. Mungkin karena kami terlalu lama di lokasi situs, maka beberapa jemaat sudah meninggalkan pertemuan karena ada kesibukan. Kami bertemu dengan pendeta dan beberapa jemaat. Setelah kami makan malam di rumah Gerlof Born, maka kami beristirahat di WTC Westcord Hotel di Leeuwarden.
Hari Jumat, 11 September kami dibawa mengunjungi museum di kota Frisian. Selain kami dijelaskan sejarah mennonit juga diberi masukan sejarah yang bersifat umum.
Kami mendapatkan cerita tentang seorang wanita Belanda, yang bernama Mata Hari. Mata Hari adalah perempuan Belanda yang bernama asli: Margarethe Zelle pada 1876 yang lama hidup di kota Malang di Indonesia, karena menikah dengan seorang perwira Belanda keturunan Skotlandia; sehingga ia mahir menari Jawa.
Dia dikenal sebagai ganda Eropa dan sekutu, pada zaman pendudukan Jerman atas Belanda. Kisah Mata Hari berakhir tragis di hadapan regu tembak dia meninggal. Kami juga diajak berkeliling di pasar terbuka yang terletak di depan museum.